Lihat ke Halaman Asli

Malam Tahun Baru Dipenuhi Air Mata

Diperbarui: 2 Januari 2017   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemuruh kembang api di udara, aku hanya bisa mendengarnya. Gemuruhnya manusia berkata “Happy New Year”, aku hanya bisa diam dan menangis. Gemuruh manusia bersuka cita di malam tahun baru ini, aku hanya bisa berduka cita.

Sebuah pesan singkat yang kau kirim kepadaku menghancurkan seluruh duniaku. Kenapa sekali kau tega mengatakan demikian. Padahal apa salahku? Aku berusaha keras untukmu. Tapi bayaran yang kudapat sangat-sangat tidak setimpal.

***

Pada malam tahun baru aku hanya diam saja. Pada pagi harinya, karena tidak masuk kuliah aku memilih tiduran. Padahal katanya tidak bagus kalau cewek hanya tiduran saja. Harus melakukan kegiatan lain. Justru aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Teman-temanku pada pergi menemui keluarga mereka. Keluargaku sih di sini, tinggal bersamaku. Jadi tidak perlu aku mengunjungi kelurgaku.

“Dina, kenapa tiduran saja? Kalau tiduran saja, bantu dulu mama nyiapin sambal.”

“Ah … malaslah ma. Masak Dina harus numbuk sambal dan…,” aku langsung pergi ke dapur dan menumbuk sambal. Aku tidak mau mama sedih karena penolakanku.

Begitulah pekerjaanku hari ini. Hanya bantu-bantu mama saja.

Sore harinya aku mengirim sebuah pesan untuk Rian kekasihku. Aku mengirim pesan paling romantis menurutku.

Akhir-akhir ini Rian sangat aneh. Dia tidak pernah lagi mengirimku pesan. Setiap aku mengirim pesan, dia selalu membalas singkat. Padahal itu yang kulakukan saat awal-awal PDKT kami. Rian tiba-tiba mengirim pesan. Cowok tidak jelas mengirim pesan, tentunya aku was-was. Eh … aku malah jatuh hati kepadanya.

“Hai boleh minta nomor?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline