Cintaku sangat suci, begitulah menurutku. Aku mengupayakan agar suamiku senang terhadapku. Aku melakukan apa saja.
Hubungan pernikahan kami telah memasuki usia tiga bulan. Suka dan duka telah kami alami bersama. Tidak ada tawa setelah tangis. Dan tidak ada tangis setelah tawa. Kami tertawa dan menangis bersama.
Pria itu mengatakan cintanya kepadaku, sekaligus melamarku pada saat ulang tahunku. Aku waktu itu begitu terkejut.
Aku sudah cukup lama mencintainya. Aku diam-diam memperhatikannya seraya berharap dia memandang perasaanku juga. Yah … meskipun aku dan dia bersahabat tapi aku tidak berani menyatakan cintaku.
Dan pada saat ulang tahunku, dia langsung mengatakan cintanya. Tanpa melakukan pendekatan sedikitpun. Dia datang, memberiku sebuah bungkus kado. Sampai sekarang aku belum pernah membukanya. Dan dia mengatakan perasaannya kepadaku sekaligus melamarku. Aku waktu itu begitu kaget sekaligus senang.
Dan sekarang hubungan kami telah menjalani tiga bulan.
“Suamiku, hari ini malam minggu loh. Jalan yuk!” godaku.
“Ogah, mendingan aku nonton anime.”
“Kok gitu sih. Nggak saya. Kan istrimu ini kesepian,” godaku.
“Bentar dulu. Bentar lagi si Mikune akan tampil. Tunggu dulu!”
“Gitu ya! Kamu pilih Mikune atau aku?”