Aku berada di ruangan gelap. Seluruhnya gelap. Tidak ada yang memperhatikanku. Aku di dalam ruangan ini dalam waktu yang cukup lama.
Aku kesepian, aku ingin keluar dari ruangan ini tapi tanganku terbelenggu. Bukan ikatan belenggu tampak, tapi ini tidak tampak dan sangat kuat.
Tapi … dirimu datang melepaskan belenggu ini. Aku begitu senang. Aku … sangat bodoh.
***
“Yang, besok Aniv loh. Ketemuan di cafe yuk?”
“Eh iya sayang. Aku lupa,” balasku. Sudah pukul 01.00 pagi dan aku masih saja chatting-an sama pacarku. Dialah laki-laki yang membebaskanku dari belenggu ini.
“Jangan lupa loh ya. Dan kamu harus datang pukul 12.00 siang. Jangan datang terlalu cepat. Nggak baik loh. Awas loh kalau terlalu cepat datang.”
“Iya sayang,” balasku sambil tersenyum lebar. Dia memang sering janjian seperti itu. Dia tidak ingin aku datang terlalu awal. Aku tidak tahu alasannya. Aku hanya mengikuti apa yang dia katakan.
Aku membaringkan badanku di kasur yang empuk. Tidak sabar rasanya untuk ketemuan besok. Hmm … besok aku pakai baju apa ya?
“Eh … dengar nggak. Si Andri itu semalam jalan sama cewek lain loh. Aku kira itu kamu ternyata bukan,” kata Resa sahabatku. Dia paling tidak setuju aku pacaran dengan Andri.
“Kenapa sih? Jangan berpikiran buruk dulu. Bisa jadi kan cewek itu temannya.”