“Mama bagaimana dengan anak kita?”
“Hmm … nilainya bagus pa. Cuman ya … uang sekolahnya agak mahal sih. Apalagi ini mendekati UN.”
“Kira-kira berapa yang dibutuhkan?”
“Segini pa,” istri Budi memberikan sebuah kertas kecil disertai dengan angka. Untuk sekilas Budi cukup terkejut. Angka yang dilihatnya lumayan besar tapi dengan cepat dia tersenyum.
“Tenang saja ma, papa akan mencarikan uangnya.”
Budi bukanlah orang kaya dan juga bukan berpendidikan. Dia hanyalah tamatan SMA yang berusaha menyambung hidup. Dia mempunyai seorang anak. Anaknya membutuhkan banyak sekali biaya untuk sekolahnya. Budi jarang melihat anaknya karena bekerja keras. Tapi dia selalu membayangkan anaknya bakal sukses.
Budi selalu berangkat pagi-pagi pukul 5 pagi. Dia bekerja di salah satu perusahaan. Jabatannya tidak penting karena gajinya sangat kecil. Maka dia terpaksa mencari penghasilan lain. Alhasil setiap pukul 12 malam dia kembali ke rumah. Istrinya selalu setia menunggu kepulangannya.
Setelah sampai ke rumah dia sangat lelah. Dia ingin sekali bercanda dengan anaknya tapi tidak bisa. Dia memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Anaknya juga sudah tidur kelelahan.
Begitulah sehari-harinya. Budi selalu bekerja keras sehingga anaknya dapat bersekolah dengan baik. Anaknya juga berprestasi. Dan anaknya … berpikir kalau Budi tidak menyayanginya.
“Ma, Andri berangkat sekolah dulu ya,” Andri langsung menyalam mamanya.
“Andri nggak pamit pada papamu?”