Lihat ke Halaman Asli

Laki-Laki Kurang Garam Seenaknya Muncul dan Menghilang

Diperbarui: 8 Oktober 2016   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin ini sudah sepuluh tahun lamanya, sejak kita pertama kali jumpa. Pada waktu itu kamu datang menghampiriku. Kamu memperkenalkan dirimu kepadaku. Aku awalnya cuek saja, menganggapmu sebagai pengganggu. Tapi kegigihanmu meluluhkan hatiku.

“Hai boleh kenalan?” itu adalah perkataan yang kamu ucapkan waktu itu. Kamu datang dengan memakai jaket kulit dengan rambu pendek baru dipangkas. Kamu datang dengan senyum dipaksakan.

Aku hanya melihat mukamu sekilas dan langsung memalingkan wajahku. Jujur, bagiku kamu itu adalah pengganggu.

“Hei, cantik-cantik kok galak bangat sih?” itu katamu mengejarku. Aku yang lagi olahraga kamu hancurkan waktu itu. Kehadiranmu menurunkan moodku berolahraga. Jangankan berolahraga, melihat-lihat berkeliling ke lapangan pun moodku langsung hancur.

Kamu mengejarku, memberikan senyuman termanismu. Berusaha untuk menyapaku. Dan lama-kelamaan aku lepas emosi.

“Kamu ini kenapa sih? Apa tidak ada kerjaan lain?” kataku dengan emosi tersulut. Meskipun aku emosi, tapi aku berusaha menjaga perkataanku.

“Huh … tidak ada sih. Lihat! Semua orang sudah punya temannya masing-masing. Aku ini sendiri dan aku perhatikan dari tadi kamu sendiri,” katanya.

“Sudah sana saja kamu! Aku ingin sendiri!” kataku dengan menambah kecepatanku.

“Jangan seperti itu. Setidaknya katakan dulu siapa namamu,” dasar kurang garam.

“Melati! Puas!” kataku membentaknya dan itu tidak menghentikan dia untuk menggangguku.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline