Lihat ke Halaman Asli

Amri Modeong

Amri Modeong

Berhentilah Menyebut Mereka Pelakor

Diperbarui: 11 Oktober 2020   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cinta itu mempunyai kesanggupan yang hebat. Dia bisa membuat binatang menjadi manusia, dan manusia menjadi binatang. "William Shakespiare"

Pelakor "Antara Cinta Dan Nyaman" Benarkah perselingkuhan itu karena di dorong oleh rasa cinta.? Di kalangan masyarakat indonesia ini masi debatable, ada yang berpendapat bahwa perselingkuhan di dorong oleh hawa nafsu semata, ini di sebut sebagai manusia yang kemudian memiliki "Kelaianan" dimana orang tersebut tidak bisa menjalani hidup hanya dengan satu pasangan saja. 

Namun dari beberapa sumber yang saya temui, perselingkungan di awali dengan intensitas pertemuan dan kebersamaan, kemudian merasa nyaman, yang pada akhirnya melahirkan sang "maman" pelaku menyebutnya inilah Cinta. 

Mungkin ini yang dimaksud William Shakespaire "anak adalah bukti bahwa kita telah bercinta",  Namun ada juga pendapat lain yang coba memadukan keduanya dimana Nafsu dan Cinta adalah dua sisi manusiawi yang berbanding lurus dan kemudian menyatu dalam perasaan romantis saat sedang berhubungan dengan selingkuhan. Waullahu'allam

terlepas dari beragamnya pendapat tentang perselingkuhan, yang menarik di telisik lebih jauh adalah Objek yang menjadi Korban di balik peristiwa selingkuh, istilah pelakor ( Perebut Lelaki Orang ) menurut saya adalah narasi Subjektif yang di bangun oleh pasangan sah atau istri dari Pria yang berselingkuh.

Padahal dalam beberapa kasus perselingkuhan, yang menggoda adalah sang  pria, namun anehnya, yang mendapat sorotan hanya si wanitanya, atau dalam istilah lain adalah orang ketiga.

Seharusnya' seseorang yang sudah berkomitmen, dalam arti telah menikah baik pria atau wanita, kemudian di dapati berselingkuh, itulah yang pantas menjadi sorotan, bukan pihak ketiganya, namun pada umumnya yang sering di salahkan adalah pihak ketiga.

Pihak ketiga selalu di sebut sebagai penggoda, Pelakor dan sebagainya, menjustifikasi bahwa perselingkuhan terjadi karena adanya tokoh penggoda, dan menganggap pasanganya adalah manusia suci, polos, yang tidak akan berselingkuh jika tidak di goda, ini sangat subjektif dan tidak realistis,

menurut saya jika ada sala satu pasangan yang berselingkuh, baik pria atau wanita, maka yang sepantasnya di adili adalah sala satu di antara keduanya dan bukan pihak ketiga, justru pihak ketiga labih layak di sebut sebagai "korban" dan bukan Pelakor.  

Tidak sedikit orang ketiga yang kemudian menjadi korban kebohongan sang "Bapak". dalam tulisan ini saya tidak menguraikan panjang lebar serta mengklasifikasi Objek di bawah umur, entah mereka yang masi di bangku SMA maupun mereka yang telah "Pantas" single parent, yang kemudian menjadi korban perselingkuhan,.

Kasus  perselingkuhan seyogyanya bukan soal siapa merampas siapa, tapi tentang seorang manusia yang melarikan diri dari rumah, berselancar dan kemudian menemukan sesuatu yang berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline