Paham konvensional mengatakan, bahwa intelegensi merupkan suatu angka tetap ( IQ ) dan akan selalu demikian, ide seperti di adopsi oleh banyak pendidik dimasa lampau. Beberapa orang siswa dikatakan lamban, dan sebagian lagi berbakat, dengan adanya vonis seperti ini mereka yang lamban dan berbakat dipisahkan kelompoknya. Akhirnya muncul apa yang disebut sekolah unggulan, sekolah biasa-biasa saja bahkan ada yang menyebut sekolah buangan. Penerapan seperti ini sama halnya kita telah menyortir mereka dari kehidupan yang seharusnya tidak boleh terjadi, kepercayaan seperti ini begitu menyebar hingga sampai sekarang.
Otak memegang peranan yang sangat penting dalam struktur tubuh manusia. Otak adalah organ yang unik dan dahsyat, tempat diaturnya proses berpikir, berbahasa, kesadaran emosi dan kepribadian. Semua pembelajaran dengan cara tertentu akan terkait dengan otak. Otak selama ini masih belum banyak dibangunkan fungsi dan manfaatnya. Lalu, berbagai model pembelajaran yang menggunakan optimasi otak, baik kanan atau kiri, semakin mewarnai dunia pendidikan.
Guru memilki pekerjaan yang sifatnya merubah otak karena pembelajaran merupakan perubahan biologis. Dengan belajar otak manusia terbentuk dan diperkaya. Berhasil atau tidaknya pembelajaran dapat dilihat dari tingkah laku siswa. Untuk memperkaya otak anak ada dua pilihan yaitu di rumah dan di sekolah.
Kemampuan belajar anak terhadap lingkungannya sangat dipengaruhi oleh kualitas otak yang dimiliki, dan kualitas otak ditentukan dari jumlah sel otak, jumlah percabangan sel otak dan hubungan antarsel otak. Tidak bisa dipungkiri faktor genetika sangat berperan dalam kualitas otak anak. Namun faktor yang memiliki peranan lebih besar adalah nutrisi dan stimulasi yang diterima oleh anak selama periode emas perkembangan otak. Semakin berkualitas otak seorang anak maka akan semakin cepat si anak beradaptasi terhadap lingkungannya.
Anak belajar dari lingkungan sekitar dengan melihat, mendengar, membayangkan, dan merasakan semua yang terjadi di sekelilingnya. Kemudian dia akan mengingat atau meniru rangsangan yang diterima, sebelum akhirnya mengembangkan bahkan menciptakan sendiri sesuatu yang baru berdasarkan apa yang pernah dialami oleh panca inderanya yang akhirnya akan memunculkan kreativitas.
Seringkali anak akan memperagakan hasil kreativitas yang tidak terduga, bahkan berbeda dari biasanya. Ini bagian dari proses kemandirian dan produktivitas anak selama proses pembelajaran berlangsung. Kepekaan dan daya belajar (rasa keingintahuan) kian bertambah, anak menjadi kritis dan cermat. Setiap anak berbeda dalam hal mengalami percepatan mencapai prestasi. Sifat dan kecenderungan anak terlihat unik dan sangat individual. Dan kita perlu mendukungnya hingga ia benar-benar mandiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H