Lihat ke Halaman Asli

Halmahera-Morotai Day-4: Pulau Morotai, Pulau Zum Zum, Jendral Mac Arthur, dan Pulau Dodola

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Plesiran Tempo Doeloe
Halmahera-Morotai Day-4 :  Pulau Morotai, Jendral Mac Arthur, Pulau Dodola
Selasa, 26 Oktober 2012

Pulau Morotai, Jendral Mac Arthur

Bangun pagi-pagi, sarapan dan para anggota Batmus peserta plesiran siap-siap ke Pelabuhan TPA menggunakan bus yang sama untuk memulai penjelajahan ke Pulau Morotai. Dengan menggunakan 2 speedboat yang masing-masingnya menggunakan 5 buah mesin motor tempel Yamaha, ...dan perjalanan pun dimulai. Di tengah perjalanan lautnya sangat tenang, tidak ada ombak besar yang membahayakan perjalanan dan pelayaran yang menghabiskan waktu tempuh kurang dari 2 jam tersebut tidak ada peserta yang mabuk laut. Ketika speedboat merapat di Dermaga Daruba di Morotai, peserta PTD tidak langsung turun, akan tetapi hanya untuk menunggu pasokan makan siang yang disediakan oleh pihak panitia melalui hotel tempat kami menginap. Kira-kira 15 menit berselang kami berangkat kembali menuju Pulau Zum-Zum, sekitar 15 menit berlayar dari Daruba, Ibukota Kabupaten Pulau Morotai.

Pulau Zum Zum

Di pulau ini kami semua turun ke darat. Disini telah dibangun sebuah patung/monumen Jenderal MacArthur, panglima pasukan Perang Pasific pada PD II, karena di pulau inilah, katanya sang jenderal bersembunyi sambil mengatur strategi perang dan tempat pertahanan tentara Sekutu melawan Jepang. Sayangnya patung tersebut sangat tidak mirip dengan foto MacArthur yang kami bawa posternya yang berukuran besar.

Sambil beristirahat kami mendengarkan cerita sekitar Jenderal MacArthur yang disampaikan oleh narasumber Batmus, yaitu: sdr Yosef Djakababa, yang alumni S3 dari Univ.Wisconsin di Amerika Serikat.Inilah sepenggal cerita tentang Jenderal MacArthur seperti yang dikutip dari majalah Starweekly, edisi Desember 1956:

Dilahirkan pada tahun 1880, ia adalah putra ke-2 dari seorang militer. Hidup dari kecil selalu berpindah dari satu benteng ke benteng lainnya mengikuti jejak ayahnya. Dalam PD I ketika Amerika terjun dalam kancah peperangan, tentara Jerman masih cukup kuat untuk mengadakan serangan secara besar-besaran. MacArthur memimpin sebuah brigade Amerika bernama "Rainbow", sebuah brigade yang merupakan batu penghalang yang tidak dapat dihancurkan oleh Jerman. Dibawah pimpinan umum Jenderal Gouraud, seoarang opsir Perancis dari type `never say die', MacArthur membantu mengandaskan serangan terakhir tentara Jerman di hutan-hutan dan bukit kapur Champagne. Disinilah MacArthur menyaksikan teknik perang baru yang seperempat abad kemudian dikembangkan olehnya menjadi strategi besar-besaran di medan Pasific Barat Daya. MacArthur mempunyai hampir semua syarat-syarat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin militer yang berkaliber besar. Disamping memiliki fikiran yang tajam dan bakat organisasi yang besar, iapun dapat mengambil tindakan secepat kilat sehingga musuh-musuhnya kerap kali ketinggalan spoor. "I shall return". Inilah kata-kata terkenal yang diucapkan MacArthur ketika Presiden Roosevelt selaku panglima tertinggi angkatan perang Amerika melalui radiogram memerintahkan MacArthur meninggalkan Philipina dan menuju ke Australia. Sebelumnya balatentara Jepang dapat menghancurkan pertahanan Amerika di Philipina dan MacArthur mengundurkan diri ke Semenanjung Bataan dan Coregidor, sebuah pulau terletak di Teluk Manila. Tentara Jepang bertekad untuk merebut kedua pertahanan terakhir tersebut dalam waktu sesingkat-singkatnya. Setelah 2 ½ tahun meninggalkan Coregidor, MacArthur kembali menginjak bumi Philipina untuk menebus janjinya "I Shall Return" setelah mengalahkan Jepang di beberapa Perang Pasifik yang banyak menelan korban jiwa kedua belah pihak mulai dari Solomon Islands, Papua, Morotai dan Philipina.

Pulau Dodola

Puas mendengarkan cerita tentang Jenderal MacArthur tadi, kami semua kembali naik ke speedboat dan kali ini menuju Pulau Dodola, sekitar 10 menit pelayaran. Pulau Dodola merupakan "pulau kembar" dimana pada waktu pasang surut, dua pulau tersebut menjadi satu yang dihubungkan dengan "jembatan" berupa pasir putih yang bersih, membentang diantara kedua pulau tersebut. Pulau ini terletak di depan Kota Daruba, dan tidak berpenghuni. Kami mendapati banyak bangunan yang relatif baru yang dibangun oleh Pemprov. Maluku Utara di sepanjang pantai, yang dimaksudkan untuk menjaring para wisatawan. Sayangnya bangunan tersebut tidak terawat dan tidak ada air serta fasilitas lainnya. Makan siang seperti di Pantai Kupa-Kupa, kami juga santap siang di Pantai Dodola dengan hidangan prasmanan yang lumayan enak. Di sepanjang pantai berpasir putih yang konon panjangnya 16 km berserakan kerang-kerang besar yang masih asli dan sangat cantik dan beberapa peserta mengoleksi kerang-kerang besar tersebut untuk dibawah pulang sebagai oleh-oleh. Sebagian peserta dengan menggunakan 1 speedboat berangkat ke suatu lokasi untuk snorkeling di dekat pantai sebuah pulau kecil, dan yang lainnya bersantai di dermaga sambil bercengkrama, guyon sambil memperhatikan si Bobby yang gemar mancing ikan. Beberapa peserta terutama yang gemar foto-foto kelihatan di kejauhan Pulau Dodola Kecil, terutama Mas Marcus yang membawa peralatan foto yang sangat canggih.

Sore menjelang terbenamnya matahari, kami telah tiba di penginapan. Bus yang kami pesan sebanyak 4 bus ternyata hanya tersedia 2 buah saja. Jadilah kami diantar bus secara bergantian menuju hotel masing-masing. Rombongan dibagi ke dalam 3 penginapan. Sebagian menginap di Penginapan Pacific Inn, sebagian di Penginapan Sinar Mas dan sebagian lagi di Penginapan Muslim. Situasi sedikit terganggu oleh kondisi Penginapan Muslim yang berjumlah 5 kamar untuk 10 orang. Semula waktu diadakan survey 6 bulan sebelumnya kondisi hotel ini dapat di rekomendasikan untuk diinapi. Ternyata pada waktu kami datang, kondisinya tidak memenuhi syarat karena tidak ada air, listrik mati. Untunglah dengan kesadaran dan kebersamaan, 8 peserta berinisiatif pindah ke Penginapan Sinar Mas walaupun berdesakan namun tetap bisa dinikmati dan 2 peserta lainnya masih bertahan di Penginapan Muslim. Pihak pemilik Penginapan Sinar Mas bahkan tidak mengenakan fee atau biaya untuk peserta tambahan dan makanan kecil yang dihidangkan kepada kami. Terima kasih Pak Ali. Malam itu selesai makan malam dihotel masing-masing peserta pada tidur untuk mempersiapkan tenaga besok harinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline