Lihat ke Halaman Asli

Raffles Di Bencoolen, Day-2: Rafflesia Arnoldi, Bunker Inggris, Bukit Harimau, Makam Inggris, Monumen Thomas Parr, Rumah Raffles

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Plesiran Tempo Doeloe
Raffles Di Bencoolen
Day-2:
Bunga Rafflesia Arnoldi, Bunker Inggris, Bukit Harimau, Makam Inggris, Monumen Thomas Parr, Rumah Raffles
29 Mei 2012

Day-2

Bunga Rafflesia Arnoldi.

Bangun pagi-pagi sekali, suasana kota Bengkulu masih sangat sepi dan udara yang cerah kami sarapan pagi dengan menu nasi goreng, kopi dan teh hangat. Hampir pukul 8.00 pagi kami sudah siap-siap dengan nasi kotak yang telah kami pesan tadi malam, untuk memulai plesiran dihari ke-2. Kami disediakan satu bus besar dari San Travel yaitu bus pariwisata yang AC-nya lumayan sejuk dan bisa muat 50 orang sekaligus dan tujuan kami hari ini adalah untuk melihat Bunga Rafflesia Arnoldi di habitat aslinya di hutan belantara Bengkulu. Sejak sekitar sebulan menjelang pelaksanaan PTD, Adep sudah menjalin kontak via sms dengan Bapak Holidin dari Bengkulu. Bapak Holidin ini adalah seorang penangkar bunga langka yang dikenal Adep pada waktu survey ke daerah sini 2 tahun yang lalu. Dari hasil komunikasi antara Adep dan Pak Holidin inilah diketahui bahwa ada Bunga Raflesia Arnoldi yang menjadi ikon Propinsi Bengkulu sedang mekar dengan indahnya di habitat aslinya.

Perjalanan ke tempat mekarnya bunga Raflesia ini cukup mendebarkan jantung. Walaupun jaraknya diperkirakan sekitar 40 km dari hotel, namun dengan kondisi medan jalan yang menanjak/mendaki gunung dan berliku-liku yang menurut kami bus yang relatif panjang tersebut hanya bisa dikemudikan oleh sopir yang sangat berpengalaman. Sempat beberapa peserta mulai mual terutama si Bung Albert sang calon dokter dari Surabaya yang kelihatan sering meringis menahan mual . Untunglah kami sampai dengan selamat di suatu titik pemberhentian dipinggir jalan raya sebelum kami menjelajah ke hutan tempat si Bunga Raflesia Arnoldi yang sedang menunggu kami.

Briefing sebentar dengan pemandu kami dan dengan menggunakan tongkat kecil yang khusus dipersiapkan dari batang pohon keci-kecil dan bambu untuk kami, mulailah penjelajahan di hutan lebat Bengkulu. Jalan setapak yang becek namun sudah dipersiapkan oleh Pak Holidin dan kawan-kawannya dengan membuat tangga-tangga kecil dan rentangan akar kayu untuk pegangan sebelum kami datang, sangat membantu dan memudahkan kami berjalan dan terus mendaki lokasi yang jaraknya kira-kira 500 meter dari pinggir jalan raya. Medan jelajah yang asyiik sekali karena kami mendaki berombongan dan saling membantu berpegangan tangan agar tidak terpeleset bahkan sering sekali berhenti karena bagi peserta yang belum pernah hiking ke gunung, medannya cukup berat. Omar si baby yang digendong ibunya tak ketinggalan untuk sampai di lokasi bunga. Bu Wisda yang sesampainya di depan bunga Rafflesia sempat terpeleset, jatuh dan untungnya tidak terguling ke bawah dan dengan cekatan dipegang Alice.

Kagum dan legah rasanya bertemu dengan Bunga Rafflesia Arnoldi yang sedang mekar dengan sempurna dihabitat aslinya. Kelopak dengan warna merah marun dengan bintik-binti putih disetiap kelopaknya dan ditengahnya mirip dengan kue agar-agar yang dihiasi dengan beberapa tonjolan berbentuk duri, menambah indahnya bunga tersebut. Batang bunga tersebut ternyata seperti akar rambat dan bunganya selalu terletak di tanah. Kelihatan pula didekat bunga yang mekar ada satu bakal bunga yang besarnya sebesar buah manggis yang kata pak Holidin akan mekar 4 bulan kemudian. Menyaksikan bunga tersebut, ada yang berdecak kagum, ada yang mencium dan tentu saja foto-foto sebagai kenangan yang takkan terlupakan. Bergantian peserta sampai di dekat bunga karena spacenya disekitar bunga tersebut memang tidak terlalu luas hanya cukup untuk 3 orang. Perjalanan kembali ke jalan raya walaupun menuruni jalan setapak tadi agak lebih mudah walaupun tetap harus ekstra hati-hati. Disini tongkat yang masing-masing kami pegang amat sangat berfungsi untuk menahan laju kami menuruni jalan becek dan sedikit berbatu koral.


Bunker Inggris dan Bukit Harimau

Kembali ke bus waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 siang dimana perut sudah mulai minta diisi. Bekal nasi kotak yang kami siapkan dari Bengkulu di pagi hari tadi mulai dibagikan. Sebagian peserta langsung makan siang di bus yang sedang berjalan dan sebagian lagi menyantap makan siang di suatu tempat pemberhentian yang oleh penduduk setempat di kenal sebagai Bunker Inggris yang konon didirikan pada sekitar tahu 1772. Ada 2 pintu gerbang bunker yang letaknya hanya sekitar 20 meter disisi jalan raya. Kondisi bunker sudah tidak terawat dengan baik. Satu pintu gerbang bunker sudah hampir tertutup gundukan tanah dan hanya tersisa sedikit lobang untuk mengintip kedalam. Bunker lain yang masih di lokasi yang sama berjarak 20 meter lagi dari bunker pertama kondisinya agak terbuka, pintu gerbangnya masih terawat. Tidak ada informasi yang kami dapat apa fungsi bunker tersebut apakah untuk pertahanan atau untuk menimbun hasil lada yang konon merupakan tanaman yang dipaksakan oleh Thomas Parr kepada rakyat Bengkulu waktu itu. Kami menikmati lokasi sekitar bunker yang banyak terdapat akar-akar pohon besar yang melilit-lilit dan berjuntaian layaknya gelantungan akar pohon seperti yang sering kita lihat di Film Tarzan.

Selesai makan dan istirahat sejenak, bus kembali bergerak. Hanya sekitar 1 KM dari tempat beristirahat tadi, bus berhenti dan para Batmuser pada turun bus untuk menikmati pemandangan yang unik. Jauh di lembah yang luas sekali yang diselimuti hamparan hutan yang menghijau, terlihat deretan/ gugusan Bukit Barisan yang seolah-olah membentuk badan harimau yang sedang mengaso. Kami mengamatinya lebih mirip Singa yang sedang duduk daripada mirip Harimau. Tentu saja tak lupa foto-foto kenangan Bukit Harimau.


Makam Inggris

Sesampai kembali di kota Bengkulu, kunjungan kami selanjutnya adalah Makam Inggris dan Belanda. Lokasi makam berada di tengah kota di pinggir jalan raya yang disekelingnya sudah dipenuhi rumah penduduk. Makam ini dibangun pada tahun 1714 bersamaan dengan dibangunnya Benteng Marlborough. Kemudian makam ini difungsikan sebagai tempat pemakaman orang-orang Belanda yang meninggal di Bengkulu. Batu nisan kuburan ini bergaya kuburan orang-orang bangsawan Eropa pada abad pertengahan. Model dan corak batu nisan ini sangat unik sebagai benda-benda peninggalan sejarah dan beberapa peserta sempat berkeliling bersama Pak Liliek yang memang akhlinya membaca prasasti bersejarah.


Monumen Thomas Parr

Tugu Thomas Parr terletak di depan Pasar Baru persis ditengah kota tidak jauh dari benteng Marlborough dibangun oleh Letnan Gubernur Raffles untuk memperingati matinya seorang gubernur Inggeris bernama Thomas Parr seorang pemberani tapi keras kepala. Thomas Parr tewas ditikam dan kemudian dipenggal kepalanya oleh penduduk setempat pada tahun 1807 yang diduga dilakukan oleh orang-orang Bugis yang bekerja sebagai anggota keamanan perusahaan dagang Inggris, ketika ia beristirahat dirumahnya. Menurut catatan yang ada, Thomas Parr merasa kuatir dengan perkembangan kekuatan pasukan Bugis ini dan berupaya untuk mengurangi peran mereka, namun orang Bugis merasa tidak senang hingga akhirnya terbunuh. Inggris membalas kematian Thomas Parr dengan cara menembaki penguasa lokal yang dicurigai berada dibalik pembunuhan tersebut. Usai urusan potret memotret, plesiran pun dilanjutkan.


Rumah Raffles

Lokasi bersejarah lainnya yang kami kunjungi di hari ke 2 ini diantaranya adalah Rumah yang pernah didiami Sir Thomas Stanford Raffles. Awalnya kami diinformasikan bahwa gedung Raffles tersebut tidak dapat dikunjungi karena menurut petugas, daerah tersebut sudah disterilkan karena akan ada kunjungan para pejabat dari pusat ke Bengkulu keesokan harinya. Namun dengan diplomasinya Bu Wisda keadaan dapat diatasi, meskipun kami tidak dapat masuk ke dalam rumah Raffless namun kami diizinkan untuk mengambil foto kenang-kenangan di tangga dan halaman gedung. Rumah Raffles sekarang ini merupakan kediaman resmi Gubernur Bengkulu. Berhalaman luas dan mirip dengan Istana Bogor versi Bengkulu dengan rusa-rusa seperti rusa di halaman Istana Bogor yang berkeliaran di halaman yang luas tersebut dan di samping rumah sebelah kanan ada juga lapangan dengan pagar yang didalamnya terdapat rusa-rusa berbadan besar yang katanya asli berasal dari hutan Bengkulu.

Lokasi bersejarah lainnya yang juga kami kunjungi di hari ke-2 plesiran ini adalah makam Pangeran Sentot Alibasyah. Sentot Alibasyah adalah panglima perang dari Pangeran Diponegoro yang dibuang Belanda ke Bengkulu dan meninggal serta dimakamkan di Bengkulu. Sama seperti kunjungan Batmus sebelumnya ke daerah lain, kami juga mengunjungi makamnya Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol yang adalah pejuang-pejuang nasional yang dibuang Belanda masing-masing ke Makassar dan Manado dan meninggal serta dimakamkan disana. Sore harinya kembali ke hotel untuk istirahat, mandi, sholat dan siap-siap untuk makan malam di Restoran Panorama.

Acara makan malam di Restoran Panorama dimulai pukul 8.00 malam dengan hidangan prasmanan yang lezat. Selesai makan malam acara dilanjutkan dengan ice breaking, memperkenalkan anggot/peserta PTD yang ikut kali ini yang diiringi oleh nyanyian karaoke oleh anggota Batmus Bengkulu, Fifi dan Ira. Sungguh acara yang sangat meriah. Acara hari ini ditutup dengan memborong oleh-oleh khas Bengkulu terutama lempuk durian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline