Menparekraf baru Sandiaga Uno, dari laman resmi Parekraf, berupaya membangkitkan kembali sektor pariwisata Indonesia. Namun yang sangat disayangkan, dari fakta lapangan, semangat yang ditunjukkan sang menteri tak berbanding lurus dengan upaya penyelamatan kesehatan rakyat dari ancaman pandemi Covid-19. Dari kata kunci "kerumunan" pagi ini di media sosial Twitter, terlihat capture membludaknya wisatawan mancanegara (wisman) di Terminal 3 Soekarno-Hatta.
Pemandangan membludaknya wisman di Terminal 3 Soetta ini pertama kali dibagikan oleh seorang dokter bedah umum Aris Ramdhani. Melalui akun Twitter-nya @arisrmd, Aris mengaku mendapatkan gambaran situasi itu dari rekan-rekan tenaga medis yang bertugas. Pemandangan ini tentu menjadi kekhawatiran yang mendalam, karena baru-baru ini diberitakan dunia tengah dihebohkan dengan merebaknya virus Covid-19 jenis baru yang lebih "ganas".
Diberitakan sebelumnya, ketika banyak negara masih berkutat mengendalikan virus Covid-19, Inggris sudah berhadapan dengan jenis baru Covid-19, yaitu SARS-Cov-2. Varian Covid-19 baru ini diduga jauh lebih mudah menular dari versi sebelumnya. Adapun gejala yang ditimbulkan dari virus Covid-19 varian baru ini memiliki tujuh identifikasi awal; dirangkum dari berbagai sumber, yakni kelelahan lalu hilangnya selera makan, sakit kepala, diare, linglung atau kebingungan, nyeri otot, hingga ruam-ruam pada kulit.
Virus Covid-19 varian baru yang disebut sudah ada sejak 20 September 2020, hingga kini dideteksi telah menyebar ke 18 negara dan 5 diantaranya di Asia. Adapun negara-negara yang telah melaporkan kasus varian baru ini yaitu Inggris, Swedia, Prancis, Spanyol, Swiss, Denmark, Belanda, Jerman, Italia, Kanada, Malaysia, Jepang, Singapura, Yordania, Korea Selatan, Libanon, Australia, Afrika Selatan, dan Nigeria. Dengan fakta ini, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman bahkan menduga varian baru virus Covid-19 ini telah menyebar di Indonesia.
Indonesia Menjadi Surga Covid-19?
Sejak awal pandemi, penanganan Covid-19 selalu mendapat tanggapan sinis dari dunia. Pada Maret 2020, Dosen Griffith University Lee Morgenbesser menyebut penanganan krisis di Indonesia sangat buruk. Hal itu menurutnya disebabkan karena birokrasi yang tidak rapi.
Pendapat lain, menurut Deep Knowledge Group (DKG), menempatkan Indonesia di peringkat 7 dari 10 negara di Asia Tenggara. Singapura menjadi negara dengan penanganan terbaik di Asia Tenggara. Keberhasilan Singapura dalam menangani Covid-19 dikarenakan kemampuan manajemen resiko pemerintah yang baik.
Sementara itu, dari berbagai pandangan pengamat, kurva penambahan kasus Covid Indonesia terus meningkat. Artinya, disaat negara-negara lain berupaya mempersiapkan diri menghadapi gelombang 2 Covid-19, Indonesia justru belum menuntaskan gelombang pertama. Bahkan disaat negara-negara lain menutup rapat pintu untuk WNA sebagai langkah antisipasi Covid-19 varian baru, Indonesia justru kebanjiran wisman menjelang akhir tahun.
Bercandanya, pintu masuk Indonesia bagi WNA justru ditutup setelah liburan usai. Yakni dari tanggal 1 hingga 14 Januari 2020. Terkesan, pemerintah yang sejak awal getol mendorong dunia pariwisata di tengah pandemi ingin menjadikan pariwisata Indonesia sebagai surga Covid-19.
Mungkinkah akibat kerumunan di Soetta dan potensi penyebaran Covid-19 varian baru oleh WNA bisa mengakibatkan menteri baru Sandi dipidana karena dianggap lalai merumuskan kebijakan pariwisata di tengah pandemi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H