Muhammad Patahillah (220103110102)
Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam negeri Maulana Malik Ibrahim
Kata kunci: Terorisme, Pendidikan, Deradikalisasi
Abstrak
Radikalisasi doktrin agama berbentuk terorisme. Pembentukan gerakan teroris akan menggerogoti pilar sosial, budaya, dan ekonomi negara yang berdaulat. Misinterpretasi suatu paham erat kaitannya dengan aspek pendidikan. Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia menunjukkan perlunya pendidikan formal dalam strategi deradikalisasi. Sektor pendidikan, khususnya di bidang agama, memiliki peran penting dalam mencegah terorisme melalui struktur dan kurikulumnya. Sejak usia dini hingga dewasa, pengajaran agama yang tepat akan menangkal radikalisme. Untuk secara efektif mengawal upaya pemberantasan terorisme melalui pendidikan, pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi.
I.Pendahuluan
Jika menilik maraknya terorisme di Indonesia, persoalannya sudah ada sejak lama. Pada awal kemerdekaan, Ormas Islam tidak puas karena pembukaan UUD tidak mencantumkan Syariat Islam. Konflik kemudian berkembang antara kaum nasionalis dan organisasi Islam. Dengan S.M. Kartosuwiryo sebagai ketuanya, pembentukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) mengidentifikasi gerakan ekstrimis sebagai titisan negara Islam Indonesia.
Banyaknya aksi terorisme di Indonesia memiliki berbagai keadaan yang berkontribusi terhadap perkembangannya. Namun, kegiatan ini merupakan penerapan konsep bahwa radikalisasi dapat 'diobati' dan dicegah. Memahami konsep radikalisasi sangat penting dalam perang melawan terorisme di suatu negara. Salah satu upaya deradikalisasi yang dilakukan pemerintah adalah dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Namun selama ini hanya berlaku dan efektif untuk mengatasi aksi teror yang aktif daripada mencegah perluasan paham.
Cukup menantang untuk sepenuhnya "membasmi" terorisme sebagai fenomena sosial karena memiliki banyak asal dan faktor penyebab. Membatasi penyebaran ideologi ini adalah salah satu strategi yang paling berhasil. Seperti halnya ideologi lainnya, terorisme menyebar melalui ajaran doktrinal, bahkan dalam lingkaran di usia yang cukup muda. Oleh karena itu, langkah-langkah deradikalisasi juga harus dilakukan melalui sistem pendidikan negara. Pesantren dan institusi sering memasukkan inisiatif deradikalisasi dalam kurikulum mereka, khususnya di Indonesia. Ini terkait dengan label radikalisasi yang ditempatkan pada keyakinan Islam. Meskipun lingkungan sosial bersifat multikultural, seluruh masyarakat dan pemerintah harus berkolaborasi dalam inisiatif deradikalisasi. Untuk lebih memahami deradikalisasi, esai ini akan menyoroti isu-isu pendidikan yang ada di Indonesia.
Ada enam penyebab yang menjadi akar dalam gerakan terorisme ,termasuk negara gagal, organisasi keagamaan ekstrem, kemiskinan, perang destruktif, kekurangan dana, kurangnya demokrasi, serta perekrutan dan mobilisasi internasional, telah berkontribusi pada pertumbuhan gerakan teroris. Perang melawan terorisme akan berhasil setelah masalah ini diselesaikan. Jelas bahwa salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi ciri-ciri pendidikan adalah kemiskinan.