Lihat ke Halaman Asli

Semut-semut Otak

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiap-tiap bertemu saling menciumi

Gula-gula di setiap sudut bibir

Terasa lebih manis dan kental

hingga meleleh

dan mengeluarkan wangi

 

Ia mendapatkannya di pojok

tergelap meja dapur

Kemudian dikumpulkannya

sehingga membentuk gunung

dibawa satu-satu

 

Pantas, aku kehilangan

rasa manisku

sepertinya ia mencurinya

mengendap-endap

 

Oh, apa yang terjadi?

 

Aku mencoba menelusuri mimpi

harap tersingkap nyata

Tapi, sepertinya terlalu gelap

Lorong ini penuh becekan

air liur tidurku

 

Di kiri kanan helaian rambutku

yang bergugur

Langit-langitnya serupa ketombeku,

putih menyerbuk

rapuh pabila diterbangkan angin

 

Aku tak tahu seberapa panjang

lorong ini

Aku perlu lentera agar tak sasar

Ku lirik sekitar,

Aha! Ternyata ada!

Sebuah lentera berbentuk mata

Mata bermanik kelabu ibuku

 

 

 

 

Garut, Februari 2012

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline