Lantas, luka ini
Masih saja mengeluarkan darah serupa
Sakit! Benar-benar sakit!
Tak hanya untuk saat ini, tapi untuk esok,
seabad, hingga selaksa kehadiran dunia
Kekasihku,
Aku mencoba tertatih, membenahi setiap detak
jantungku agar dapat bertasbih
Nyeri begitu rupa tak sanggup lagi ku tahan
Ngilu di jiwa dan hati
menusuk kesadaran
Kekasihku,
Kemana harus ku keluhkan kenistaan dunia
Sedang setiap jengkal tanah tak lagi berhara
Pun semburat warna pelangi tak lagi utuh
hanya garis tipis pucat
melengkung patah-patah
Angin yang tadinya riuh kini meluluh
Matahari yang bersinar jingga
kian tak punya bebayang
Kekasihku,
Aku berpegang pada pijakan kosong,
pada ranting yang tak berderak pabila diinjak
Sedang setiap nafas yang tersengal ini
adalah sebuah pertanda
bahwa dunia sekarat oleh dusta
Puing-puing kenangan yang ku punya darimu
berserakan di atas langkah gontai
Menelusuri tepian diri yang tak pernah tahu
kemana akan pergi
Kekasihku,
Betapa sulit memaksa diri
Sampai batas ini,
tetap saja sama
Aku tak percaya cinta
di dunia yang gila
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H