Lihat ke Halaman Asli

Cinta Dunia Gila

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lantas, luka ini

Masih saja mengeluarkan darah serupa

Sakit! Benar-benar sakit!

Tak hanya untuk saat ini, tapi untuk esok,

seabad, hingga selaksa kehadiran dunia

 

Kekasihku,

Aku mencoba tertatih, membenahi setiap detak

jantungku agar dapat bertasbih

Nyeri begitu rupa tak sanggup lagi ku tahan

Ngilu di jiwa dan hati

menusuk kesadaran

 

Kekasihku,

Kemana harus ku keluhkan kenistaan dunia

Sedang setiap jengkal tanah tak lagi berhara

Pun semburat warna pelangi tak lagi utuh

hanya garis tipis pucat

melengkung patah-patah

Angin yang tadinya riuh kini meluluh

Matahari yang bersinar jingga

kian tak punya bebayang

 

Kekasihku,

Aku berpegang pada pijakan kosong,

pada ranting yang tak berderak pabila diinjak

Sedang setiap nafas yang tersengal ini

adalah sebuah pertanda

bahwa dunia sekarat oleh dusta

Puing-puing kenangan yang ku punya darimu

berserakan di atas langkah gontai

Menelusuri tepian diri yang tak pernah tahu

kemana akan pergi

 

Kekasihku,

Betapa sulit memaksa diri

Sampai batas ini,

tetap saja sama

Aku tak percaya cinta

di dunia yang gila

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline