Lihat ke Halaman Asli

RESONANSI MUSIM JEDA

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita pun lantas memerangkap diri dalam jeda

Sebab percakapan bersilangan dengan liuk angin

Dan hujan yang bikin cuaca bersisik hawa gigil

Cahaya lampion telah berhentakan pada wajah senja

Sedang matamu yang menampung lembab musim

Makin tegas tempiaskan rindu kian tak menentu

Dari keretapnya aku tahu. Sebab kita telah bersama

Lampaui detak panjang hitungan waktu

Segelas orange juice belum kau sentuh. Jemarimu

Masih mengaduk-aduk saus tomat dengan irisan kentang

Seperti rasa gamang porandakan seluruh perasaan

Juga hari depan. Kau terus saja ulurkan sunyi yang sama

Sambil memindai raut luka yang berkelindan di sela udara

Sementara aku menjuntaikan asap ke dalam mug kopi

Mendingin dengan ingatan terpasung

Pada lereng-lereng masa silam: pertemuan

Dan lempengan kisah memabukan

“Pulang,” cetusmu, “Kiranya kita mesti uapkan setiap mimpi”

Begitulah, aku pun harus mengasuhkan segala rencana

Pada sembilu. Segelas orange juicediarsir sia-sia: membeku

Seperti juga harap dan penantian ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline