Lihat ke Halaman Asli

Matinya Socrates, Ia Mati Berkali-Kali dari Lagi dan Lagi

Diperbarui: 10 Maret 2024   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Matinya Socrates, ia mati berkali-kali dari lagi dan lagi.

Satu-satunya yang aku ketahui adalah, aku tidak tahu apa-apa. Itu ucapan Socrates yang fenomenal. Seorang tokoh yang menjadi simbol mempertahankan kebenaran yang diyakini, bahwa mati adalah satu konsekuensi.

Diceritakan Socrates sebagai orang yang mempertanyakan segala hal, kepada siapapun bahkan ia menantang argumentasi status quo kekuasaan dan etika formil yang menurutnya kolot. Saat ia bertanya segala hal, berpikir segala hal mempertanyakan dan penasaran tentang segala eksistensi dalam kehidupan, ia menjadi musuh seketika.

Menurut kekuasaan pada zaman Athena saat itu ia dianggap meracuni isi kepala kaum muda untuk durhaka terhadap nilai dan tradisi yang berlaku, bahkan ia mempertanyakan alasan logis mengapa manusia menyembah dewa-dewa Yunani pada saat itu, mendasar dan radikal.

Akhirnya terjadi polemik di Athena, hingga akhirnya Socrates disidang oleh pengadilan, kemudian ia diberikan dua pilihan yaitu pergi dari Athena sebagai orang terusir atau mati dengan kemauan sendiri. Dan mati adalah yang ia pilih.

Sebenarnya Socrates dengan sangat mudah memilih yang pertama untuk menyelamatkan diri dari maut, sebagai orang terusir. Namun Socrates memilih ia mati untuk mempertahankan nilai yang ia "anggap" benar.

Matinya Socrates adalah tragedi dalam sejarah umat manusia. Bahwa menjadi diri sendiri adalah ancaman, topeng kesebagaian adalah jalan keselamatan. Kemerdekaan berpikir harus dibunuh sebagaimana Firaun yang membabi-buta membunuh bayi laki-laki yang berpotensi menjadi Musa sang libertador. Dan sejarah perjalanan manusia ribuan tahun lamanya, memberi data dan fakta, Socrates telah terbunuh berkali-kali, dari lagi ke lagi, dari zaman ke zaman dari waktu ke waktu.

Apakah zaman yang katanya modern dan canggih ini, masih terus membunuh Socrates untuk kesekian kalinya? Bangsa dan Negara yang kuat dan maju membiarkan Socrates berpikir bebas dan merdeka dengan segala kontroversinya, negara yang stagnan seluruh kebijakan adalah upaya mempertahankan status quo dengan membunuh Socrates.

Kita berada di pihak yang mana? Jika tidak, ya tidak apa-apa juga. Hidup memang tak selalu harus seserius itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline