Lihat ke Halaman Asli

Ammy Kudo

Pendidik AUD

Hebatkan Anak Indonesia Gegara HP

Diperbarui: 12 Maret 2019   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Brug! Tiba-tiba Dani melempar  Hpnya ke atas kasur.  

"Bunda, ini Senin, yah!" teriaknya panik. Yaah! Ini hari Senin. Aku menjadi petugas upacara bendera, gumamnya pelan.  Buru-buru, Dani pergi mandi dan siap-siap berangkat ke sekolah. Beruntung masih sempat shalat Subuh dengan terburu-buru dan sarapan sambil berlalu.

"Jam 6 aku harus sudah di sekolah, Bunda." Kata Dani menjawab keheranan wajah Bunda. "Oh, Bunda kira kamu libur. Dari tadi kamu main HP terus," sahut Bunda, pura-pura empati. Sambil tersipu malu, Dani pamit dan segera berangkat ke sekolah.

HP dan Dani bagaikan perangko dengan amplop. Nempel terus! Kecuali kalau ke sekolah tentunya. Bunda sudah sering emngingatkan. Sederet janji sudah Dani ikrarkan. Tapi sejuta alasan selalu juga Dani utarakan. Bunda hanya bisa menghela nafas, berharap semua bisa tuntas.

Sepulang sekolah Dani harus mengikuti sekolah musik. Letak sanggar lesnya dekat dengan sekolah. Sengaja,  supaya Dani dapat hadir tepat waktu dan bisa mengasah bakatnya dengan maksimal, karena tempatnya mudah dicapai tanpa lelah.

Ah pulang dulu deh, paling juga Kak Agam telat, pikir Dani. Biasanya siang-siang begini Bunda tidak di rumah. Bunda Dani punya toko kue di komplek sebelah. Asyiik, bisa main Hp lagi.

Sesampainya di rumah, Dani kaget.

"Lho Bunda enggak ke toko?" tanya Dani heran.

"Lho Dani kok pulang? Bukannya ini jadwal kamu les musik?" Bunda malah balik tanya.

"Hehehe iya sih. Tapi Dani mau bawa HP ah." Dani mulai beralasan.

"Eh, HP? Untuk apa?"  Bunda mengerenyitkan dahinya, heran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline