Antekamma kareba, Sakri?
Magai kabarakta, Silong?
Miapa bandi karewata, Sola?
Umba susi karebammi totemo?
Bahasa daerah merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga dan memiliki peran penting dalam menjaga identitas suatu masyarakat. Di Sulawesi Selatan, empat bahasa ibu utama---Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar---tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga simbol kehidupan yang mencerminkan nilai, budaya, dan sejarah masyarakat. Begitupun di daerah lain di Indonesia, bahkan dunia. Ribuan bahasa daerah yang sekaligus sebagai bahasa ibu terus digunakan dan menjadi identitas bagi penggunanya. Namun, di tengah derasnya arus globalisasi, keberadaan bahasa-bahasa ini menghadapi tantangan besar. Gelombang tantangan itu berasal dari berbagai sisi hingga rasa-rasanya semakin sulit untuk dibendung. Untuk itu, Himpunan Pelestari Bahasa Daerah Indonesia berkerja sama dengan Perhimpunan Pendidik Bahasa Daerah Sulawesi Selatan akan menyelenggarakan Kongres Internasional Bahasa Ibu pada tanggal 21 Februari 2025 di Gedung Teater Universitas Negeri Makassar (UNM). Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mendiskusikan perkembangan dan tantangan pelestarian bahasa ibu, tetapi juga akan menggali praktik baik yang telah dilakukan oleh berbagai pelaku pelestarian bahasa ibu di Indonesia dan dunia.
Kongres ini akan menghadirkan narasumber yang telah berkontribusi nyata dalam upaya pelestarian bahasa daerah, di antaranya dari Badan Bahasa. Para narasumber adalah individu yang tidak hanya memahami pentingnya bahasa ibu sebagai alat komunikasi, tetapi juga telah berupaya memasukkannya ke dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, sastra, budaya, dan interaksi sosial. Dalam sesi-sesi kongres dan seminar, para narasumber akan berbagi pengalaman dan strategi mereka, seperti merancang peraturan yang menguatkan keberadaan bahasa daerah/ibu, menciptakan media pembelajaran berbasis bahasa daerah, menulis karya sastra yang mengangkat nilai-nilai lokal, serta memanfaatkan teknologi untuk menjangkau generasi muda.
Melalui kongres ini, kami ingin menegaskan bahwa bahasa ibu bukan hanya soal berbicara atau menulis, tetapi juga soal bagaimana bahasa dapat menjadi penjaga nilai-nilai kehidupan. Bahasa daerah adalah jembatan yang menghubungkan generasi dengan tradisi, simbol budaya, dan adat istiadat yang membentuk jati diri masyarakat. Selain itu, kongres ini akan membahas bagaimana bahasa ibu dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan formal di satuan pendidikan sehingga generasi muda tidak hanya mengenal, tetapi juga mencintai bahasa daerah mereka. Itulah mengapa kami sangat berharap para pendidik bahasa daerah bisa hadir pada kegiatan ini.
Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah untuk menghimpun data terkini tentang perkembangan bahasa ibu, baik di tingkat lokal maupun global. Kongres ini juga diharapkan menghasilkan rekomendasi strategis yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak untuk memastikan bahasa daerah tetap tumbuh dan lestari. Dengan adanya kolaborasi antara pelaku pelestarian, pendidik, dan komunitas, kami yakin bahwa bahasa daerah dapat terus berkembang di era modern ini.
Melalui Kongres Internasional Bahasa Ibu ini pula, kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan bahasa ibu sebagai warisan budaya dunia. Dengan menjadikan bahasa ibu sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya merawat masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang kaya akan identitas dan kebanggaan budaya. Mari menyiapkan diri untuk hadir pada kongres tersebut sebagai bentuk dukungan dan perhatian kita dalam melestarikan bahasa daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H