Kemarin, kita libur, ya! Atau hanya saya saja, kamu tidak. He...he...he...Hari libur tersebut dalam rangka Maulid Nabi Muhammad. Maulid Nabi Muhammad saw. banyak diperingati oleh umat Islam. Ada yang memperingatinya dengan membagikan ucapan melalui flayer yang diunggah di media sosial. Ada pula yang melaksanakan ritual mewarnai telur, menghias bakul, hingga mendengarkan ceramah dan kisah Muhammad, Sang Penyebar Wahyu.
Baik melalui flayer maupun ceramah, kita banyak mendengar ajakan untuk mencontoh sikap dan kepribadian Rasulullah. Misalnya kita menemukan teks "Melalui Maulid Nabi, mari kita meneladani kisah-kisah beliau." "Rasulullah adalah contoh yang harus kita teladani." Beberapa teks lain juga muncul dengan lema meneladani. Lalu, apakah penggunaan kata tersebut sudah tepat?
Mari kita ulik bersama. Jangan lupa siapkan segelas teh, kopi, atau minuman dingin, ya! Jika kita memaknai beberapa contoh yang sata tuliskan sebelumnya , Kata meneladani dipakai dengan menganggap kata tersebut bermakna 'mengambil teladan', 'mencontoh', atau 'meniru' seseorang/tokoh yang memiliki perilaku mulia atau berjasa terhadap banyak orang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata meneladani bermakna 'memberikan teladan'. Meneladani berasal dari kata dasar teladan yang mendapat imbuhan meng-i. Adapun teladan bermakna sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh, yakni tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya. Meneladani artinya adalah memberikan contoh atau menjadi teladan bagi orang lain. Jadi, ketika seseorang meneladani orang lain, artinya orang tersebut sedang berusaha menjadi panutan atau contoh yang baik bagi orang lain.
Bagaimana dengan kata meneladan? Meneladan artinya adalah mencontoh atau meniru perilaku, sifat, atau tindakan seseorang yang dianggap baik atau patut ditiru. Jadi, ketika kita meneladan seseorang, kita sedang berusaha untuk menjadi seperti orang tersebut.
Baik, semoga narasi singkat ini bisa menjadi dasar untuk memperbaiki diri, ya! Tidak usah menggelengkan kepala jika masih sering keliru. Manusia yang baik adalah manusia yang siap meneladan dan meneladani, bukan?
Hmmm...Agar lebih terang sedikit, saya akhiri dengan contoh sederhana, ya!
Meneladan: "Saya ingin meneladan sikap sabar dan tekunnya Pak Guru." (Artinya: Saya ingin menjadi seperti Pak Guru yang sabar dan tekun.)
Meneladani: "Sebagai seorang guru, saya harus meneladani peserta didik saya." (Artinya: Saya harus menjadi contoh yang baik bagi peserta didik saya.)
Jadi, intinya adalah meneladan berarti tindakan kita untuk menjadi seperti orang lain dan meneladani dimaknai tindakan kita untuk menjadi contoh bagi orang lain.