Lihat ke Halaman Asli

ammara syifa

Ammara Syifa Yuniar, seseorang yang menyukai kegiatan membaca dan selalu ingin belajar menulis.

My World, My Jannah

Diperbarui: 10 Agustus 2024   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

My World, My Jannah 

Dua bulan sudah, Ibu mengeluh lesu akan sakitnya. Perutnya yang tak kunjung mereda itu, membuat Ibu banyak berpikir ke mana-mana. Takut akan banyak vonis, cerita orang, dan momok-momok lain yang pada akhirnya menghasilkan banyak istigfar di tiap waktunya.

Butiran tasbih diulang-ulang tanpa bosan, sambil menyadari bahwa sakitnya mungkin karena Allah ingin menghapus dosa-dosanya. Berkali-kali ingin periksa, berkali-kali pula merasa takut dan stress. Takut jika yang dipikirkan benar adanya, takut jika perkataan orang yang "kayaknya sakit ini-itu" jadi nyata. Tapi, nauzubillah, tentu kami sekeluarga berharap tidak.

Hingga hari ini, Ibu masih sering merintih tak nyaman dengan sakit di perutnya. Padahal 3 hari yang lalu sudah dibawa ke dokter, dievaluasi, diberi obat, dan lain-lain. Tapi katanya "kok ora kacek, yo, Nduk" (kok enggak mendingan, ya, Nak). 

Dan akhirnya sampailah aku pada tulisan ini, mendadak takut dan punya naluri juga untuk bersedih. Sudah dua bulan juga aku mengelus pelan-pelan perut Ibu di tiap malam hingga dini hari. Sambil kubaca salawat Nabi yang aku percaya bisa menghilangkan kesulitan yang sedang kami alami. 

Sungguh, sakitnya Ibu adalah kabar buruk untuk keluarga, banyak rencana yang tak jadi pada akhirnya. Pergi ke Yogyakarta setelah semester habis ---- tapi sekarang liburan hanya kurang 2 minggu lagi. Berkunjung ke rumah nenek yang sudah jadi agenda rutin tiap liburan ---- tapi akhirnya nenek yang mengalah untuk memberi "sangu" untuk cucu-cucunya lewat bapak yang mampir ke sana. Bahkan, nenek yang sudah lebih dulu pernah merasa sakit di perut, memberi semangat untuk menantunya kalau --- pasti akan sembuh.

Aku berharap, akan ada perasaan lepas dan lega yang Ibu rasa seraya sembuhnya sakit yang sudah lama Ibu rasa. Berkali-kali aku bilang, "ujian orang memang beda-beda, Bu". Dan begitu terharunya aku, menjelang salat magrib tadi Ibu mengulang kalimatnya, dengan modifikasi yang masih sangat mirip dengan maknanya.

Itulah, mengapa aku sering menangis akhir-akhir ini. Mengingat semua yang telah Ibu perjuangkan untuk aku, Mbak, dan Adik hingga sejauh dan sedewasa ini. Aku selalu berdoa, agar Ibu bisa menemani kita hingga puncak kebahagiaan yang memang itu menjadi harapannya. 

Ibu yang sangat menjadi dunia-ku itu,

Ibu yang sampai kapanpun akan menjadi surga-ku,

Semoga tak lekang dari rida-Mu, Ya Rabb-ku ....

Lekaslah, sembuhlah, My World .... My Jannah ....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline