Apabila kita berbicara tentang sarana pendukung kebutuhan fasilitas pendidikan di Indonesia, maka jawaban mayoritas adalah gedung yang kokoh, meja belajar yang bagus, papan tulis yang besar, dan lain-lainnya. Semuanya tentang barang dan materi. Namun sayangnya semua itu terkadang salah kaprah. Hal yang paling dibutuhkan bagi para pejuang pendidikan adalah semangat dan daya juang untuk berjuang.
Singkat cerita, satu minggu yang lalu saya mendatangi Sekolah Dasar di Kabupaten Malang, persisnya di daerah Sumberpetung. Dibutuhkan satu setengah jam perjalanan untuk mencapai desa tersebut. Profesi masyarakat sekitar didominasi oleh petani ladang, buruh, dan penggali batu kapur. Walaupun begitu masyarakat Sumberpetung, Kab. Malang termasuk “golongan mampu” menurut saya. Ironisnya banyak anak-anak Sumberpetung hanya lulusan SD.
Saat saya tanya kepada guru salah satu SD, “Apa yang menyebabkan mereka hanya bersekolah sampai SD?”. Jawabannya, “Banyak anak-anak di sini yang males sekolah. Kalau sudah selesai SD yaudah mending kerja di ladang atau ikut saudaranya ke kota jualan bakso.” Guru tersebut bercerita, ada seorang anak yang menurut beliau pintar namun orang tuanya tidak mau menyekolahkan lagi ke jenjang SMP karena menurut orang tua si anak, sekolah dan tidak sekolah sama saja. Akhirnya, si anak tersebut harus mengubur kepandaiannya. Akibat tidak ada dukungan dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan.
Cerita saya mungkin hanya satu dari ribuan kisah pilu potret pendidikan di tanah air kita. Kondisi tersebut mengingatkan kita bahwa tugas pemerintah bukan hanya menyediakan pemenuhan kebutuhan materi saja. Menanamkan rasa cinta bersekolah dan menuntut ilmu sangatlah penting dilakukan. Agar kelak si anak mengetahui tentang perbedaan orang bersekolah dan tidak bersekolah.
Akan tetapi, tugas pemerintah tersebut tidak akan berjalan cepat apabila kita sebagai masyarakat berpendidikan tidak ikut serta. Ambil peranmu dalam mencerdaskan generasi penerus negeri. Berhenti menyalahkan apa yang salah dan lekas berbuat bagaimana yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H