Lihat ke Halaman Asli

Antara Nostalgia, Pesimisme, dan Optimisme Pada Pilpres 2019

Diperbarui: 27 September 2018   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (kompas.com)

Calon presiden dan wakil presiden telah terdaftar di KPU pusat. Tahapan kampanye pun sudah dibuka. Di pilpres 2019, bakal bertanding pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Dukungan partai-partai politik pun sudah jelas. PDIP, Nasdem, Golkar, PKB, PPP, Hanura, PKPI, PSI, dan Perindo di kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Sedang Partai Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Klir

Karakter politis nan alamiah tiga aktor utama pilpres 2019, sebut saja Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Prabowo Subianto (Prabowo) dan Joko Widodo (Jokowi), hemat saya, sedikit banyak turut menentukan karakter panggung pilpres 2019 kali ini. Atau yang "nostalgis", atau yang "pesismis", atau yang "optimis".

Nostalgia 

10 tahun duduk sebagai presiden RI, SBY menangkup sejuta kenangan. Ia seakan sulit lepas pisah dengan kenang-kenangannya dulu. Problemnya adalah image presiden gagal terselip pula di antara sejuta kenangan manisnya. Image itu bahkan jauh lebih kuat bersuara ketimbang image presiden sukses.

Twit SBY tentang "Catatan Allah SWT tidak akan pernah bisa dihapus..." pada persoalan penggantian nama Bandara Internasional Lombok kemarin, hemat saya, merupakan salah satu dari serangkaian "demo" SBY atas label/image burukya sekaligus upaya untuk mengingatkan publik bahwa ada hal positif juga dari pemerintahan SBY yang layak untuk dikenang bersama.

Oleh image sumir itu, roda pedati-dinasti-politik SBY begitu tertatih bergerak. Serangkaian usaha re-promosi semisal Tour de Java, termasuk publikasi maraton tentang "Keberhasilan SBY Pimpin Indonesia 10 Tahun", dll, tidak banyak membawa hasil. Remuk redamnya nasib politik putra mahkota dinasti Cikeas di pesta pilkada DKI Jakarta 2017, pun di pesta pilpres 2019, setidaknya bisa jadi salah satu pembukti.

Rupanya, kisah SBY tentang Candi Hambalang masih jauh lebih menarik bagi publik ketimbang ceramahnya tentang pengalaman Good and Clean Governance dulu. Ringkasnya, di atas panggung pilpres 2019, Sang Penostalgis berjuang keras mengoplas imagenya demi memperoleh kekuasaan lagi dengan cara memutar ulang cerita-cerita kenangan manis masa lalu yang cuma diketahui dan dirasakan oleh dinasti dan kelompok-kelompok terdekatnya.

Pesimis

Apakah Prabowo seorang pesimistis? Pertanyaan yang maha sulit untuk dijawab. Sebab Prabowo tercatat sebagai salah satu kontestan tetap di dua pesta pilpres terakhir, termasuk pilpres 2019 yang baru saja dimulai.

Tahun 2009, Prabowo maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan Megawati Soekarno Putri sebagai calon presiden (capres). Tahun 2014, Prabowo maju sebagai capres berpasangan dengan Hatta Rajasa sebagai cawapres. Kini, tahapan pilpres 2019 sudah bergulir. Dan nama Prabowo pun tercatat di sana. Prabowo maju lagi sebagai capres berpasangan dengan Sandiaga Uno (Sandi) sebagai cawapres.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline