Lihat ke Halaman Asli

Ritme Kerja

Diperbarui: 13 Agustus 2024   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi

Pagi ini Wahatsapp Grup Guru Mata Pelajaran Matematika cukup hangat. Menurut saya, inilah sebenarnya dinamika sebuah grup. Tidak sepi kerontang, atau ramai bak prahara. Apalagi topik yang diangkat adalah aktivitas sehari-hari yang ditemui oleh guru.

Berhakkah seorang guru yang memiliki soal diberikan kepada siswa? Harapannya, bila soal telah ditangan siswa, segera akan dibahas bersama-sama. Sementara otoritas pembuat dan penyebar soal belum memberikan mandat sepenuhnya kepada guru.

Penulis tidak akan membahas bagaimana bergulirnya sebuah soal, mulai dari dibuat sampai pada tahap penilaian. Penulis yakin bahwa otoritas berhak untuk menata pola sirkulasi sebuah soal hingga berujud nilai. Karena menurut pengalaman beberapa teman yang pernah membuat soal, bukan perkara yang mudah untuk pelajaran matematika. Pelajaran matematika itu unik. Penuh dengan simbol. Andai penulisan simbol salah, maka akan terjadi kesalahan soal. Meskipun hanya berupa titik atau koma.

Tes Pendalaman materi yang telah berakhir beberapa hari yang lalu menyisakan beberapa persoalan. Masalah pertama sebenarnya yang sudah dapat diprediksikan. Siswa dengan talenta rendah, tidak mungkin disamakan dengan siswa yang memiliki daya nalar yang tinggi. Sekolah dengan tingkat manajemen yang tinggi tidak dapat disetarakan dengan sekolah yang masih mencari jati diri.

Dalam organisasi, persoalan ini termasuk dalam katagori ritme kerja. Sekolah yang telah mampu memainkan ritme tinggi, cenderung berlari. Tidak boleh ada waktu jeda sedikitpun yang digunakan sia-sia. Mereka akan merasa hampa bila dalam status menunggu. Ada kekosongan aktivitas. Harus aktif. Sementara sekolah dengan ritme mendayu-dayu, cenderung untuk menanti kepastian. Sekolah tipe ini masih berhadapan (vis a vis) dengan siswa yang harus sering ditegur.

Setiap pagi berprofesi menjadi orangtua kedua. Membangunkan siswa yang masih tidur.

Mengatur kerja. Bila lembaga memiliki sistim kerja yang ketat, maka individu yang ada di dalamnya akan mengikuti ritmenya. Sistim pencapaian target terencana, dan selalu mendapatkan assesmen yang baik dari pihak pimpinan. Pola kolaborasinya telah terjaring kuat. Sistem sirkulasi job discriptionnya jelas.

Mengatur pekerjaan dapat juga datang dari pribadi. Seseorang yang telah memiliki etos kerja yang mumpuni, ia tak menghiraukan lingkungan. Ia telah memasang target-target tertentu dalam sebuah perjalanan. Ada benarnya juga kalimat "jika ingin pekerjaan Anda lekas selesai, berikan pada orang yang sibuk". Orang yang sibuk, adalah orang yang pandai memanfaatkan waktu.

Sekolah harus pandai-pandai mangatur ritme kerja Bapak dan Ibu guru. Dinas Pendidikan harus mahir memainkan ritme kerja antar sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline