Lihat ke Halaman Asli

Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Kebakaran Pabrik Bawang Goreng dan Dampaknya terhadap UMKM Terkait

Diperbarui: 7 Oktober 2024   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia saat ini merupakan salah satu negara berkembang. Pembangunan merupakan suatu wujud dari auatu proses perubahan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas hidup di suatu Masyarakat. Salah satu jenis industri yang berkembang di wilayah pedesaan adalah agroindustri. Agroindustri adalah suatu kegiatan pemanfaatan hasil alam berupa pertanian yang mengolah hasil pertanian yang menjadi bahan baku dari proses produksi (Sidabutar et al., n.d.)

Kabupaten Kuningan adalah salah satu daerah tingkat II di Provinsi Jawa Barat. Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) setiap tahun di Kabupaten Kuningan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Salah satu jenis UMKM yang ada di Kabupaten Kuningan adalah UMKM bawang goreng. Banyak sekali industri kecil di Kabupaten Kuningan yang membuat pesaing semakin banyak sehingga dibutuhkan inovasi-inovasi produk dan mengetahui lebih luas proses pemasaran produk yang akan dijual. Meskipun keberadaan bawang goreng memiliki potensi luar biasa, namun Upaya pengembangan UMKM bawang goreng masih menghadapi berbagai kendala terkait permodalan, pemasaran, dan kecelakaan. 

Pabrik bawang goreng di Desa Cikaso, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan yang terbakar Senin (30-09-2024) Pagi sekitar pukul 07:30. Kebakaran meludeskan 2.000 bal bawang goreng siap kirim, ratusan karung tepung tapioka, gaplek, serta alat dan mesin produksi. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun pemilik pabrik harus mengalami kerugian materil hingga Rp 4,5 Miliar. Tidak hanya itu, kebakaran yang terjadi di pabrik bawang goreng milik warga Dede Solihin (50) tampaknya merambat ke rumah Suhadi (58) yang berada di sebelahnya hingga menghanguskan separuh bangunan dan parabotan di dalamnya. 

Andri menduga penyebab kebakaran ini disebabkan oleh kebocoran gas 12 Kg yang sudah terpasang oleh salah satu pekerja untuk memulai produksi bawang goreng sekitar pukul 07:00 WIB. Namun dalam pemasangan regulator kurang sempurna yang menyebabkan kebocoran gas dan sulit dipadamkan karena kondisi pabrik yang kurang sirkulasi udara dan terdapat banyak bahan yang mudah terbakar seperti tanki minyak sehingga para karyawansulit melakukan pemadaman secara manual. 

 Setelah 2 jam berkobar api berhasil dipadamkan sekitar jam 09:45 WIB oleh petugas Damkar dengan dua unit mobil dan para petugas menggunakan alat pembantu pernafasan karna asap yang tebal. Dari hasil pendataan kebakaran tersebut menyebabkan bangunan pabrik seluas lebih dari 50meter yang memanjang ke belakang berikut sejumlah peralatan produksi berupa 1 mesin pengiris, tanki minyak goreng, tiga unit mesin pengering 3,5ton tepung tapioka, dan 2.000 bal bawang goreng yang siap di kirim hangus terbakar dengan nilai kerugian mencapai Rp 4,5 Miliar. Sementara rumah milik Suhadi yang terbakar perkiraan senilai Rp 118 juta.  

Dugaan sementara kebakaran ini disebabkan oleh kebocoran gas, dan masalah kebakaran yang menyebabkan satu rumah warga ikut terdampak sehingga kamudari pihak Polres Kuningan meminta kepada Kepala Desa Cikaso untuk bertemu antara pengusaha pabrik bawang dan warga pemilik rumah yang terdampak untuk upaya penggantian kerusakan. 

Kebakaran pabrik dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, kebakaran dapat menyebabkan gangguan produksi yang langsung merugikan perusahaan terkait, mengurangi output dan distribusi barang, serta menyebabkan kerugian finansial yang besar. Selain itu, kebakaran juga dapat menimbulkan hilangnya pekerjaan, baik secara langsung bagi pekerja di pabrik yang terdampak, maupun secara tidak langsung bagi pekerja di sektor-sektor yang bergantung pada pasokan produk dari pabrik tersebut. Dampak ini berpotensi menurunkan daya beli masyarakat dan mengurangi konsumsi domestik. Dalam jangka panjang, kebakaran yang terjadi pada pabrik skala besar dapat menurunkan daya saing industri Indonesia, mengurangi investor yang tertarik, dan mempengaruhi stabilitas ekonomi regional. Biaya rekonstruksi dan pemulihan yang tinggi juga bisa menambah beban fiskal pemerintah. Selain itu, jika kebakaran terjadi pada pabrik yang memproduksi barang ekspor, hal ini dapat mengganggu kinerja ekspor Indonesia, yang berdampak pada neraca perdagangan dan perekonomian nasional secara keseluruhan.

Bagaimana dengan karyawan yang bekerja namun teledor? jika seorang karyawan teledor dalam bekerja hingga menyebabkan kebakaran di pabrik, itu adalah situasi yang serius dan bisa menimbulkan dampak besar bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri. Tindakan teledor semacam ini bisa berakibat pada kerugian material, kerusakan fasilitas, hilangnya data, bahkan risiko keselamatan bagi pekerja lain dan dampak hukum bagi Perusahaan. Keteledoran yang menyebabkan kebakaran adalah masalah yang sangat serius dan bisa menimbulkan dampak besar, baik dari segi kerugian finansial maupun keselamatan. Perusahaan perlu menangani situasi ini dengan cermat, menginvestigasi penyebab kebakaran dengan objektif, dan memberikan sanksi yang sesuai jika terbukti ada kelalaian. Di sisi lain, karyawan yang terlibat harus diberikan kesempatan untuk menjelaskan situasi tersebut, dan hak-hak mereka sebagai pekerja tetap harus diperhatikan sesuai dengan hukum ketenagakerjaan yang berlaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline