Hal menarik dari debat capres 2019 sesungguhnya akan terlihat di debat ketiga. Debat ini akan digelar pada 17 Maret 2019 dan mempertemukan Ma'ruf Amin versus Sandiaga Uno.
Dugaan saya, debat ketiga ini akan cukup berpengaruh pada arah dukungan swing voters maupun undecided voters. Jumlah suara di segmen pemilih ini tak bisa dianggap remeh. Hasil sigi sejumlah lembaga survei menunjukan persentase yang cukup dominan dari para swing dan undecided voters. Jumlahnya diperkirakan sekitar 15-20 persen. Tak berlebihan jika dibilang, pemenang pilpres 2019 akan sangat tergantung pada siapa yang paling bisa meraup suara swing dan undecided voters.
Dari diskusi ringan maupun suara-suara yang mengemuka di media sosial, saya menangkap swing dan undecided voters ini banyak terjadi di pemilih milenial. Secara sederhana, mereka adalah pemilih yang berusia 17 hingga 30 tahunan. Mereka adalah kalangan yang kritis dan cenderung skeptis terhadap realitas politik.
Performa Ma'ruf dan Sandiaga di debat ketiga akan diuji untuk merebut suara milenial ini. Kemampuan mereka meyakinkan milenial di debat antar-cawapres akan menjadi penentu kenaikan atau penurunan elektabilitas masing-masing kubu.
Argumentasi di atas juga lahir dari dari fakta bahwa elektabilitas yang bertumpu pada figur Jokowi dan Prabowo menunjukan angka yang stagnan. Beberapa lembaga survei menunjukan elektabilitas Jokowi jalan di tempat pada angka 54 persen, sementara Prabowo berada di angka 31 persen. Tren elektabilitas ini tak banyak berubah dalam beberapa kali survei, termasuk survei yang dilakukan pasca debat pertama.
Ala kulli hal, kita bisa menyebut, pemenang pilpres 2019 bukan akan ditentukan oleh suara pemilih Jokowi maupun Prabowo. Pemilih kedua tokoh tersebut seakan sudah terkapling dan susah untuk berubah lagi. Faktor penentu pemenang pilpres 2019, saya kira, akan ditentukan oleh milenial. Perebutan suara di ceruk pemilih ini akan mengandalkan kemampuan Ma'ruf dan Sandiaga dalam meyakinkan mereka. Dan, debat ketiga akan menjadi salah satu pembuktiannya. []
