Lihat ke Halaman Asli

Amirullah Bandu

Sastrawan Sulawesi Barat

Alhamdulillah, Menghirup Udara Ramadhan di Kampung Halaman

Diperbarui: 13 Maret 2024   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi (Kondisi Masjid di Kampung Halaman)

Setelah usiaku dewasa, sangat sulit rasanya merasakan indahnya berpuasa pertama bersama orang tua di kampung halaman. Masa remaja dulu yang sangat kurindukan, meskipun saat itu dalam kondisi puasa, aku bersama teman-teman sangat menikmati bisa bermain bersama, pulang dari sholat subuh menyempatkan jalan pagi, memancing smapai siang dan sorenya dapat berolahraga sambil menunggu Pak Imam memukul beduk di masjid. Suasana itu yang sangat kurindukan.

Namun, seiring berjalannya waktu, kehidupan semakin kompleks. Tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab yang semakin besar membuatku jarang pulang ke kampung halaman, apalagi saat Ramadhan. Meski demikian, setiap kali Ramadhan tiba, kenangan masa kecil itu selalu menghantui pikiranku.

Tahun ini, aku memutuskan untuk kembali ke kampung halaman dan merasakan kembali indahnya berpuasa pada hari pertama bersama orang tua. Aku ingin merasakan kembali semangat Ramadhan yang dulu sering kurasakan, mulai dari sahur bersama di dapur tua, sholat tarawih berjamaah di masjid kampung, hingga berbuka puasa dengan menu sederhana yang selalu terasa istimewa.

Ketika sampai di kampung, semuanya terasa berbeda. Rumah yang dulu selalu ramai, kini terasa sepi. Orang-orang yang dulu aku kenal, kini sudah banyak yang tidak aku kenali lagi. Namun, satu hal yang tidak berubah adalah semangat Ramadhan yang masih kurasakan.

Aku kembali merasakan kehangatan sahur bersama keluarga, meski menu sahurnya tidak seberagam saat aku masih kecil. Aku kembali merasakan kekhusyuan sholat tarawih di masjid kampung depan rumah, meski jamaahnya tidak sebanyak dulu. Dan aku kembali merasakan kebahagiaan berbuka puasa bersama keluarga, meski hidangan bukanya tidak seistimewa saat aku masih remaja.

Ramadhan di kampung halaman memang tidak sama seperti dulu. Tapi, ada satu hal yang tetap sama: kehangatan dan kebersamaan yang selalu kurasakan saat berpuasa di Ramadhan. Itulah yang membuatku merindukan Ramadhan di kampung halaman. Dan itulah yang membuatku merasa bersyukur bisa kembali merasakan indahnya berpuasa di Ramadhan bersama keluarga di tempat yang jauh dari hiruk pikik dunia.

Udara Ramadhan, engkau hadir lagi
Menyapa dunia dengan kasih sayang
Suara azan membelai jiwa yang gundah
Mengajak insan untuk kembali berserah

Bulan suci penuh berkah tiba kembali
Menyemai hati dengan cahaya keberkahan
Di malam-malammu yang penuh keistimewaan
Kami merasakan kedamaian yang hakiki

Engkau datang membawa sinar kebaikan
Menyulam kasih di setiap tindakan
Menjauhkan diri dari segala larangan
Membentuk pribadi yang lebih bersahaja

Udara Ramadhan, engkau pelipur lara
Di dalammu kami temukan kedamaian
Menjernihkan hati dari berbagai keramaian
Menuntun langkah menuju pintu surga yang abadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline