Kegagalan memahami Islam Nusantara diawali dengan membenturkan antara budaya lokal dengan agama Islam. Budaya dianggap sebagai lawan dari Islam, dan Islam ada untuk menghapus budaya. Padahal nilai-nilai keislaman selalu ada di mana saja, bahkan dalam hati orang yang tidak beragama.
Kalau boleh saya sederhanakan, Islam Nusantara adalah pakaian yang dianggap cocok dan nyaman dipakai oleh muslim di nusantara. Pakaian yang tidak hanya melindungi diri dari terik, menjaga suhu badan tetap normal, dan meningkatkan nilai estetika, namun juga untuk bergaul, bersilaturahmi dengan sesamanya, juga mempertahankan warisan tradisi dan budaya bersejarah dari leluhurnya.
Kalau boleh lebih saya sederhanakan lagi, Islam Nusantara adalah Bra yang rata-rata banyak dipakai oleh wanita Indonesia, yang tentunya akan berbeda dengan bra yang biasa dipakai oleh wanita Inggris dan Kroasia.
Selain karena ukuran rata-rata payudaranya berbeda, juga terkait dengan perbedaan aktivitas keseharian, suhu rata-rata harian, dan kebiasaan bra yang sering digunakan, yang pada intinya berkaitan dengan keindahan bentuk dan kenyamanan. Betapa kasihannya kalau Christina Hendricks dan Fanny Valette dipaksa menggunakan bra milik Ayu Ting Ting, selain menyiksa dan menyakitkan karena ukurannya kekecilan, juga mengurangi keindahan.
Pakaian itu penting, namun tubuh yang lebih penting. Bra itu penting, namun payudara jauh lebih penting. Pakailah pakaian dan bra yang Pas. Pakaian yang pas, akan memberi kenyamanan pada badan, dan membuatmu terlihat umum dalam pergaulan. Muhammad SAW adalah manusia yang cara berpakaiannya umum dengan masyarakatnya kala itu.
Bra yang pas, akan memberi rasa nyaman pada pemakainya, dan bahkan memberi kesempatan pada payudara untuk sehat dan terus berkembang.
Islam Nusantara. Istilah ini kembali digaungkan sebagai pengingat dan ajakan. Mengingatkan muslim di nusantara bahwa para da'i dan muballigh tempo dulu menjadikan budaya sebagai alat dakwah, dan lem perekat antara manusia dengan agama, bukan sebagai sekat penghambat yang harus diluluh-lantakkan, dan dibumi hanguskan. Mengajak masyarakat untuk menjaga dan mempertahankan tradisi dan budaya yang tidak bertentangan dengan Islam.
Islam Nusantara bukan Islam baru, namun "baju dan pakaian" yang dianggap cocok untuk bermuamalah dengan manusia di sekitarnya, berhablun minallah dan berhablun minannas sekaligus menjaga tradisi yang baik. Islam Nusantara bukan syariat, bukan ibadah mahdoh. Kalau menganggap Islam Nusantara akan berhaji di Monas, sholat berbahasa Jawa, dan adzan subuh dengan lagu lingsir wengi, berarti tidak bisa membedakan antara pakaian dan daging, antara bra dan payudara. Islam nusantara boleh dipakai, tidak pun tidak mengapa.
Kalau tidak mau pakai "Baju" Islam Nusantara, masih ada opsi Islam Liberal; Islam berkemajuan; Islam Terpadu; Islam Moderat, dan "baju" Islam yang lainnya. Kalau mau menggunakan yang tanpa merk-pun tidak apa-apa, yang penting masih ber-Islam.
Kalau tidak nyaman pakai bra merk La Senza, masih ada bra merk La Perla, Pierre Cardin, Wacoal, dan Sorella, yang mungkin cocok dan nyaman buat anda. Kalaupun anda lebih nyaman tidak memakai bra, ya itu hak anda. Asalkan "itu-nya" anda merasa nyaman, saya yang melihatnya pun akan merasa senang. hehehe
Jember, 11 Juli 2018