Dalam ceramahnya pada acara reuni "abu sittin" di Malang pada tanggal 3-4 Mei 2017, Kyai Hasan menyampaikan kegelisahan beliau atas kondisi umat Islam saat ini. Dalam pernyataannya beliau mengungkapkan bahwa umat Islam yang hatinya tidak terpetik dan tidak tersentak (marah) melihat kondisi seperti sekarang ini, maka perlu disunat lagi (dikhitan). Begitu pula mereka yang tidak marah ketika melihat Al-Quran diganggu maka perlu untuk membaca dua kalimat syahadat lagi.
Sukardiman Sungkono (SS) selaku Koordinator Loyalis Jokowi menyatakan akan melaporkan Kyai Hasan Abdullah Sahal kepada aparat kepolisian atas isi ceramah beliau tersebut. Dilansir dari situs online 'suaranasional' pada tanggal 2 Juni 2017, dia menilai bahwa ceramah yang disampaikan oleh salah satu pempinan dan pengasuh Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut sebagai sebuah ceramah yang 'PROVOKATIF'.
Menanggapi pernyataan dari SS tersebut para santri Gontor pasang badan untuk membela Sang Kyai. Sambil menanti ancaman SS yang sampai saat ini belum terbukti, para santri yang masih di pondok (mengabdi) ataupun yang sudah alumni meramaikan media sosial dengan hal-hal khas gontor yang masih sangat melekat dalam hati. Aksi bela kyai ini ternyata merangsang mereka untuk bernostalgia dan mengenang kenangan lama, berbagi cerita tentang pengalaman dulu kala, berbahasa khas gontor yang hanya dimengerti santri dan alumninya, saling 'tag', saling colek, serta saling menandai para sahabat yang sama-sama pernah menjadi santri. Seperti apa bentuknya?
1. Status Nomor Stambuk Gontor
'Nomor Stambuk' bagi santri gontor adalah nomor sakral yang dimiliki oleh masing-masing santri. Setiap orang yang diterima secara resmi menjadi santri pasti memiliki identitas berupa nomor stambuk ini. Melalui nomor stambuk dapatlah diketehui tahun berapa seseorang masuk ke Gontor, serta santri keberapakah dia di Pondok Modern Darussalam Gontor. Satu nomor stambuk hanya dimiliki oleh satu orang santri. Itu artinya nomor stambuk gontor adalah nomor dan angka rahasia yang hanya dimiliki oleh satu orang di dunia.
2. Upload kelas
Seperti umumnya sekolah, santri gontor juga belajar dalam kelas-kelas yang terbilang istimewa. Meja dan bangku kelas yang biasa dipakai untuk belajar, sesekali waktu berubah menjadi ranjang tidur dan kasur pelepas penat. Bangku kelas berukuran panjang yang biasa diduduki oleh 3-4 orang merupakan ranjang istimewa saat lonceng istirahat berkumandang. Demikian halnya meja keras serasa bantal empuk untuk meletakkan kepala dan memejamkan mata.
Kelas merupakan tempat sejarah memahatkan kenangan: belajar bersama, menghafal dengan teriakan-teriakan lantang maupun lembut berayun, saksi marahnya ustadz/ustadzah kepada santri yang malas belajar namun tetap berbalutkan kasih sayang, push-up ataupun 'scout jump' sebagai hukuman bagi mata yang terpejam tidak pada waktunya.
Kelas-kelas di Gontor dimulai dari abjat 'B', kemudian diikuti oleh huruf setelahnya. Untuk masuk kelas B harus memenuhi standar nilai tertentu di atas rata-rata nilai. Filosofi huruf 'B' dijadikan kelas tertinggi adalah supaya para santri tidak menjadi sombong dan selalu ingat bahwa di atas huruf B masih ada huruf A, di atas langit masih ada langit, di atas orang sepandai apapun masih ada yang lebih pandai darinya, manusia tidak sempurna dan kesempurnaan hanya milik Allah saja.
3. Upload Nama Maskan dan 'nimroh hujroh'
Sekitar 70% kehidupan santri Gontor adalah di maskan (asrama). Prosentase ini tidaklah didapat dari sebuah penlitian dan kajian resmi. Namun sekedarnya saja dengan melihat fenomena sehari-hari para santri. Kita perhatikan sejenak: santri judud (santri baru) yang terdiri dari kelas 1, kelas 1 intensif, dan santri 'mubasyaroh' semacam kelas akselerasi tidak boleh mengikuti organisasi apapun. Fokus mereka adalah berkegiatan di asrama untuk penggemblengan moral, akhlaq, kedisiplinan, penyesuaian diri dengan alam pendidikan Gontor, dan juga penggemblengan bahasa resmi yang dipakai di gontor (bahasa Arab dan Bahasa Inggris).