Lihat ke Halaman Asli

zulak udin

"Banjar language"

kumpulan tetesan

Diperbarui: 22 November 2015   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

tetesan embun luruh di genggaman
hela an nafas menghembus pelan
bergetar jari menggoreskan pesan
lafaz hati teruraikan dalam karindangan

..sulit tuk pahami bila cinta terpendam dalam hati
bagaikan angin tak berhembus
bagaikan embun tak menetes
sungguh, senyum itu sebagian dari sayang
sayang itu ..

wahai diri
apa yg disesali ?
apakah panasnya sang mentari?
ataukah tetesan embun di pagi hari?
syukuri
karna masih terasa nafas di dada ini
tuk mengabdi dan memperbaiki diri
wahai diri

 

rumus cinta terjabar dalam dua kata
bahagia dan derita
atau kah cuma nafsu belaka ?
toh luluhku dengannya
karena kau trima aku apa adanya

ku akui salah
membiarkan lembar lembar masa lalu terbuka lagi
sedangkan tatapan mu tak berharap lagi
jabat tangan tak bermakna kita sekedarnya saja
namun bergetar penuh makna
ku akui salah
ku akui salah
toh bibir ini tak mampu ungkapkan kata "maaf"
atau kah ku masih terpana
atau terlalu lama 23 tahun tak bersua

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline