Lihat ke Halaman Asli

Mudik: Terapi Manusia Moderen

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mudik & silaturahmi halal bihalal Idul Fitri, sebagai kreasi bangsa yang menakjubkan, yang berfungsi sebagaiterapi untuk manusia moderen. Mudik memuat nilai untuk "kembali menjadi manusia".

Mobilitas manusia untuk satu momentum ini memang memadukan beragam variabel, misalnya pengalaman ruhaniah dengan merasa terpanggil mengunjungi kerabat untuk bersilaturahmi dan saling meminta maaf; variabel ekonomi lewat ungkapan pengumpulan uang selama setahun penuh untuk dibawa pulang ke daerahnya; serta variabel sosial berwujud "panggilan kampung halaman" antara lain untuk berziarah ke makam leluhur. Kuat memancar sentuhan kemanusiaan dalam kegiatan massal itu, sehingga "panggilan hati" atau "bahasa nurani" jelas tidak bisa diukur dari rasionalitas berbasis efektif-efisien"

Dengan mengutip Lewis Yablonsky, manusia-manusia moderen telah menjadi robopaths, kehilangan spontanitas dan kreativitasnya, menjadi seperti mesin yang secara ritual terikat pada kegiatan yang monoton. (Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual (1992),
Benarkah kita telah kehilangan rasa kemanusiaan untuk menjadi moderen?

Beberapa indikator disampaikan: kita sibuk dengan kegiatan sehari-hari sehingga hampir tak sempat lagi memperhatikan keluarga. Kita kehilangan rasa sayang, bahkan semua emosi manusiawi. Kita justru mengembangkan sikap kasar, egois dan agresif. Penyakit-penyakit itu mewujud ke dalam berbagai perilaku dilingkungan masayrakat kita yang jauh dari "bahasa hati" manusia, misalnya free fight yang berlebihan dalam mengembangkan survivalitas ekonomi, ketidakjujuran , serta pemancaran kekuasaan tanpa bekal nilai keamanahan.

Dengan acara mudik / pulang kampung dan bersilaturahmi di hari Idul Fitri 1431 H ini, marilah kita kembali menjadi "manusia" yang sebenarnya.

Tak selamanya mata memandang dengan ramah,

hati menilai dengan jernih,

dan mulut bicara dengan santun.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI , MOHON MAAF LAHIR BATIN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline