Lihat ke Halaman Asli

Tidak Mungkin Rasul berbuat Hal-hal Jelek

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ass. Wb.,

Banyak orang2 yang membenci Islam menggunakan hadits2 yang diragukan kebenrannya untuk menyerang Islam. Bahkan ada juga yang menggunakan Quran terjemahan yang diplintir sana sini untuk memutar balik fakta tentang kesempurnaan Rasul.

Perlu kiranya kita ketahui bahwa tidak semua yang ditulis di hadits itu boleh dianggap benar. Bahkan para ahli islam yang mengisahkan cerita-cerita yang menunjukkan seolah2 Nabi itu adalah manusia tidak sempurna bisa jadi telah salah. Muhammad adalah manusia sempurna, teladan buat semua manusia. Orang sesempurna ini tidak mungkin akan melakukan hal-hal keji. Jadi walaupun tertulis di hadits, pastilah cerita-cerita yang menggambarkan Muhammad sebagai manusia keji dan tidak bermoral itu ngawur, sipapun yang menulis itu, termasuk semua para ahli islam terkemuka sekalipun. Kan tidak mungkin orang yang kita yakini sebagai manusia sempurna bisa melakukan hal-hal keji?

Hadiths sahih yang dikumpulkan Bukhari dan Muslim bagi muslim Syiah pada umumnya dipercaya kebenarannya, tetapi bukan bagi Islam yang sejati. Syiah adalah Islam sesat, mereka bukanlah Islam2 yang benar.Karena Islam sejati itu tidak boleh percaya bahkan dengan hadiths yang dipercaya sebagai sahihpun, dapat diakui kebenarannya. Banyak hadiths “sahih” ternyata setelah dicheck ulang diragukan kesahihannya oleh sebagian muslim lain. Pengumpul hadiths kan manusia juga, yang tentu saja bisa berbuat salah. Demikian juga para ahli islam terkemuka lainnya.

Hadiths Bukhari berikut adalah salah satu contohnya. Saya kutipkan sbb:

Hadiths Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 261: Dinarasikan oleh Anas bin Malik;


Sekelompok orang yang terdiri dari 8 laki-laki dari suku Ukl datang menemui Nabi dan kemudian mereka merasa iklim di Medina tidak sesuai dengan mereka. Maka, kata mereka, “O Rasul Allah! Beri kami susu.” Rasul berkata, “Saya sarankan kamu bergabung dengan pengembala unta” Maka mereka pergi dan minum kencing unta-unta itu (sebagai obat) sampai mereka sehat dan gemuk. Kemudian mereka membunuh pengembala unta itu dan membawa lari unta-untanya, dan mereka menjadi murtad (meninggalkan islam)setelah sebelumnya memeluk islam. Pada waktu Nabi diberi tahu dengan teriakan minta tolong, dia mengirim beberapa orang untuk mengejarnya, dan sebelum matahari naik tinggi, mereka diketemukan, dan Nabi memerintahkan tangan-tangan dan kaki mereka dipotong. Kemudian beliau memerintahkan untuk mencungkil mata mereka dengan paku yang dipanaskan, dan mereka ditinggalkan di Harra (yaitu tanah berbatu di Medina). Mereka minta air, dan tidak seorangpun memberikan mereka air sampai mereka mati (Abu Qilaba berkata, “mereka bersalah melakukan pembunuhan dan pencurian dan melawan Allah dan Rasulnya, dan menyebarkan kejahatan di dunia)

Dalam hadiths itu diceritakan bagaimana seorang Muhammad sebagai manusia sempurna, berbuat begitu kejam dalam menghukum para pencuri (8 orang itu), yang murtad, yang membunuh penggembala unta dan mengambil untanya. Mana mungkin seorang semulia Muhammad menghukum orang dengan penyiksaan keji seperti itu? Menghukum dengan mencungkil mata, memotong tangan dan kaki, kemudian menjemur mereka di panas matahari? Begitu kejinya sampai tidak diberi air menjelang ajal meskipun mereka telah meminta.

Cerita-cerita seperti itu pasti ngawur. Bukan berarti para ahli islam itu yang ngawur, tapi mereka, para ahli islam sekalipun, telah salah menganggap bahwa cerita-cerita itu benar. Lha wong manusia sempurna kok memerintahkan hal seperti itu, kan tidak masuk akal? Perbuatan seperti itu lebih cocok dilakukan oleh SETAN, PENGIKUT SETAN. Dari logika sederhana ini saja kita bisa tahu bahwa cerita-cerita seperti itu adalah bohong belaka.

Siapa yang harus melakukan pengujian itu?. Apakah para ahli islam yang menyatakan hadiths tsb sahih tidak melakukan pengujian seperti itu? Apakah kalau mereka, para ahli islam itu mengatakan bahwa hadiths itu telah sesuai Quran terus saya harus percaya bahwa hadiths itu sahih? Bukankah para ahli islam lainnya itu juga manusia biasa yang bisa salah menafsirkan?

Bagi saya, Allah itu maha segalanya, Muhammad itu manusia sempurna, jadi tidak mungkin hal-hal keji seperti itu dilakukan oleh Muhammad, apalagi difirmankan Allah. Jadi kita harus pilah2 hadist yang baik dan gak baik, kalau hadistnya jelek - janganlah kita percaya, kalau yang baik2, sekalipun itu hadits diragukan keshahihannya, kita harus percaya karena itu pasti hadits shahih karena dia sesuai dengan perilaku Nabi yang tauladan sempurna.

Saya tahu bahwa banyak ahli islam yang mengkaitkan Quran 5:33-34 dengan cerita dalam hadiths itu. Memang disini dinyatakan firman Allah mengenai hukuman apa yang perlu diberikan kepada para musuh Allah dan Rasulnya dan bagi orang-orang yang membuat kerusakkan di muka bumi. Ini saya kutipkan ayatnya:


(5:33) Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, (34)kecuali orang-orang yang tobat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tanpa merujuk tafsir para ahli islam, saya memahami bahwa hukuman yang diperintahkan Allah dalam ayat itu adalah sbb: a) Dibunuh, b) Disalib, c) Dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik dan d) Dibuang dari negeri tempat kediamannya.

Tetapi tidak ada dikatakan disitu bahwa kita, manusia yang boleh melakukan hukuman itu. Hukuman itu adalah hak Allah. Kalaupun ada manusia yang melakukannya di bberapa negara Islam, itu adalah ulah oknum yang salah menafsirkan Islam. Alquran itu sempurna, dia tidak mungkin disalah tafsirkan. Kalau ada yang salah tafsir, itu mereka saja yang mengeraskan hati mereka.

Gila apa Allah memerintahkan kita untuk melakukan tindakan setan seperti itu?. Dan lagi, itu peringatan buat manusia supaya mereka berbuat baik. Itu saja. Jadi jangan ditafsirkan macam-macam, apalagi mengkaitkan cerita itu dengan kisah dalam Hadiths. Coba apa didalam ayat itu disebutkan mengenai mencungkil mata dan menjemur dipanas matahari sampai mati tanpa diberi minum? Jadi, mana mungkin Muhammad berani memerintahkan hukuman yang bahkan jauh melebihi ketetapan Allah, yang hanya boleh dilakukan olah Allah bukan manusia? Sudah jelas hadiths tsb ngawur.

Walahualam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline