Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam. Seluruh dunia mengetahui dan mengakuinya. Kita sebagai rakyat Indonesia pun mengakuinya bahkan merasakannya. Saya yang sedang menjalani kehidupan di Pulau Muna Provinsi Sulawesi Tenggara pun sangat merasakan betapa berlimpahnya berkah dari Tuhan untuk Indonesia.
Saat ini di Pulau Muna cuaca sedang tidak menentu bahkan kurang bersahabat. Sampai bulan Juni ini pun hujan tetap sering turun dalam intensitas yang lama. Ombak di laut kencang dan tinggi sehingga berpengaruh pada beberapa kegiatan masyarakat khususnya aktivitas nelayan dalam mencari penghidupan di laut.
Volum ikan yang dijual di pasar-pasar menjadi jauh berkurang dan harganya meningkat. Otomatis hal yang sama terjadi di rumah makan langganan saya setiap harinya. Tentu saja hal ini adalah faktor alam semata yang biasanya akan mereda. Bukan salah pemerintah, juga bukan salah Jokowi sebagai Presiden RI.
Sebagai wilayah yang merupakan sebuah pulau di tengah lautan, salah satu mata pencaharian utama masyarakat Pulau Muna adalah dari mencari ikan atau berprofesi sebagai nelayan. Jika cuaca normal, maka sangat banyak ikan yang yang bisa didapatkan. Selain jumlahnya banyak, jenisnya pun beraneka ragam.
Harga ikan yang dijual di masyarakat menjadi murah, bahkan bagi saya sangat murah. Sangat mungkin hal ini juga ada hubungannya dengan kinerja Menteri Susi. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Pemerintah saat ini sangat tegas pada para pencuri ikan dan juga melarang aktivitas penangkapan ikan yang merusak ekosistem laut seperti penggunaan cantrang (pukat harimau).
Bagi saya yang terbiasa hidup di Ibukota Jakarta, harga-harga ikan di Pulau Muna luar biasa murah. Murahnya sekitar 50 sampai 70 persen dari harga ikan yang di jual di Jakarta. Apalagi banyak pilihan ikan dan makanan laut pada umumnya. Semuanya relatif murah, atau menurut saya sangat murah.
Di tengah kondisi stok ikan yang berkurang dan harganya meningkat, ternyata di Pulau Muna sedang banyak dijual udang dan ikan teri yang harganya relatif murah. Di warung makan, udang dan ikan teri dijadikan bakwan dan dijual dengan harga murah. Bakwan udang dijual Rp2.000 per buah dan bakwan teri dijual Rp1.000 per buah. Jadilah tersedia substitusi (pengganti) ikan untuk makanan sehari-hari dengan harga yang murah.
Beberapa informasi saya dapatkan dari penjual makanan di warung langganan terkait fenomena ini. Stok udang yang banyak adalah hasil dari tambak udang yang mulai dipanen atau sedang panen. Ikan teri yang berlimpah didapatkan oleh nelayan yang mencari ikan tidak ke tengah laut. Ikan teri banyak bergerombol di pinggir laut.
Saya jadi paham mengapa saat berenang di laut sangat sering bertemu, melihat dan berenang diantara gerombolan ikan teri. Rupanya ketika cuaca sedang bagus, nelayan lebih fokus menangkap ikan-ikan besar di tengah laut. Ketika tidak bisa ke tengah laut atau mencari ikan hingga jauh karena cuaca yang berbahaya, maka pilihannya adalah menangkap ikan teri yang ada di pinggir laut.
Sungguh luar biasa berkah Tuhan terhadap alam di Indonesia, khususnya di Pulau Muna dan sekitarnya. Saat stok ikan laut sedang sulit karena faktor cuaca yang berbahaya, ternyata bisa mendapatkan penggantinya dari stok ikan teri yang berlimpah. Selain itu juga bertepatan waktunya dengan panen udang dari hasil tambak masyarakat.
Saya jadi makin menyadari betapa banyak nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Indonesia. Begitu banyak tersedia tempat dan kesempatan untuk mencari nafkah jika mau memanfaatkannya dengan baik dan bijak. Bila mampu dan mau menjaga alam dengan baik, maka alam pun akan menjaga manusia dengan baik juga.