Lihat ke Halaman Asli

Amirsyah Oke

TERVERIFIKASI

Hobi Nulis

Rupa-rupa Pemimpin Sederhana

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam demokrasi hedonis dengan pemain-pemainnya yang tebal muka, masyarakatlah yang selalu dirugikan. Saat butuh, janji-janji ditebarkan, mengklaim bersih dan amanah. Saat berkuasa jadi lupa diri lalu dengan bebasnya memuaskan syahwat dan birahi. Para pemilih tidak punya bukti telah memillih parpol dan atau wakilnya, tidak punya rekaman janji-janji sehingga tidak bisa berbuat banyak untuk menuntut. Hal seperti ini tidak akan terjadi bila mereka yang dipilih memiliki kualitas amanah, konsisten antara kata-kata dengan perbuatan.

Berikut cuplikan kisah-kisah beberapa pemimpin yang dapat menyejukkan dahaga kita akan munculnya pemimpin yang amanah, tidak berniat mencuri, memberi tanpa diminta dari hasil sendiri, dan tak mau berkhianat walaupun kesempatan terbuka, walau banyak pembenaran yang akan memakluminya.

Muhammad Hatta

Pensiun Hatta terbilang kecil, hanya Rp3.000. Hatta tak mampu membayar tagihan listrik rumahnya. Ia menolak semua tawaran menjadi komisaris di perusahaan nasional/asing dan juga jabatan di Bank Dunia. Biasanya jabatan komisaris perusahaan ini merupakan jatah pejabat yang pensiun. Tanpa perlu kerja, setiap bulannya para pejabat ini akan mendapatkan gaji buta. Karena itulah Hatta menolak.

Keinginan Bung Hatta untuk membeli sepasang sepatu Bally tak pernah kesampaian. Bahkan,  hingga wafat, guntingan iklan sepatu Bally masih tersimpan dengan baik. Barang lain yang  tak mampu dibelinya adalah mesin jahit dambaan sang istri.

KH. Agus Salim

KH. Agus Salim adalah tokoh besar yang tak malu berjualan eceran minyak tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Walaupun beliau adalah mantan Menteri Luar Negeri dan perwakilan tetap Indonesia di PBB. KH.Agus Salim pernah berjualan minyak tanah saat ke Jogyakarta, untuk menutupi ongkos perjalanan Jakarta-yogyakarta.

Muhammad Natsir

Natsir adalah sosok pemimpin yang jauh dari kemewahan. "Beliau adalah sosok yang zuhud, wara' dan tidak tergadai kehidupannya untuk hal-hal yang bersifat keduniaan. Natsir tidak meninggalkan harta sekian miliar, mobil sekian. Istrinya pun satu" kagum Mashadi yang juga terkenal sebagai tokoh yang sangat sederhana.

Saat bepergian dengan bendahara DDII ke Bandung dalam rangka peresmian masjid, Natsir belum sarapan saat sampai di Bandung, Teman-temannya mengingatkan agar sarapan, namun ditolaknya karena tidak ada uang untuk membeli makanan. Sang Bendahara menawarkan agar Natsir memakai uang masjid yang ada dalam tas, Natsir dengan keras menolaknya. Akhirnya Natsir mendapat sarapan setelah berkunjung ke rumah KH. Rosyad Nurdin, ketua DDII Jawa Barat. Natsir benar-benar sosok pemimpin yang amanah.

José Mujica

Dia adalah Presiden Uruguay, berdasarkan penghasilannya maka merupakan presiden termiskin di dunia. Mujica menerima gaji $12.500 sebulan atau Rp 118,9 juta namun hanya $1250 atau Rp 11,89juta yang diambilnya. “Saya cukup dengan jumlah itu, saya harus mencukupkan diri dengan jumlah itu karena banyak orang Uruguay yang hidup dengan lebih sedikit dari jumlah itu.” Mujica dan istrinya tinggal di sebuah peternakan di Montevideo. Belanja termahalnya seharga $1945 (Rp 18,5 juta) untuk membeli sebuah mobil Volkswagen Beetle.

Mahmoud Ahmadinejad

"Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran."

Hal itu yang dikatakannya saat diwawancara oleh TV Fox dari Amerika Serikat. Bukan sekadar retorika, namun benar-benar dilaksanakan dan semua orang jadi saksi akan kesederhanaan beliau. Langkah pertama Saat menjadi Presiden dengan mengumumkan kekayaannya: mobil Peugeot 504 tahun 1977, satu rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di daerah kumuh Teheran. Rekening bank dengan saldo minimum, dan uang masuk hanyalah gaji bulanannya.

Para pemimpin tersebut dari latar belakang, parpol bahkan ideologi yang berbeda. Hatta nasionalis, Agus Salim dan Natsir dari Parpol Islam, Ahmadinejad syiah dan Jose Mujica adalah ateis. Kesamaan mereka adalah tidak mabuk dengan kekuasaan, tidak mau aji mumpung meskipun kesempatan sangat terbuka. Mereka bukan hanya menjalankan amanah yang diberikan namun juga memikirkan para pemilihnya, rakyat dan bangsanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline