Lihat ke Halaman Asli

Amirsyah Oke

TERVERIFIKASI

Hobi Nulis

Penipu Memanfaatkan Egoisme dan Keserakahan Kita

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih sering saja tersiar berita tentang kisah-kisah orang-orang yang kena tipu. Penipuan ini menerpa dari sektor riil hingga ke dunia maya. Penipu memanfaatkan segala cara, dari telpon, sms, email, selebaran, pendekatan personal hingga media sosial seperti Facebook.

Ada yang tertipu investasi bodong, bukannya mendapat untung malah menjadi buntung, uang dibawa lari pembuat investasi fiktif, tertangkap pun uang tak serta merta bisa kembali. Ada yang tertipu telpon atau sms hadiah mobil, motor atau rumah, dengan syarat tranfer pajak atau biaya administrasi sekian juta. Ada yang tertipu cinta palsu di Facebook, tampang bule gagah dengan seragam tentara di foto profil plus informasi kekayaan yang dimiliki, membuat mabuk kepayang karena angan-angan indah yang terbayang. Ada yang terpengaruh dengan isi email yang mengiba dan meminta tolong kerja sama, minta dibantu namun juga akan memberi imbalan tentunya.

Dari beberapa kasus penipuan tersebut ada kesamaan yang dimanfaatkan oleh para penipu. Mereka pandai memainkan celah egoisme dan keserakahan yang di hati kita. Mereka membalutnya dengan cinta kasih, tolong menolong, usaha bersama namun berhasil memunculkan keserakahan yang terpendam karena belum adanya kesempatan. Investasi dengan imbalan tinggi dikamuflase dengan usaha mencari rejeki meski secara keilmuan dan kepasatan hal terebut tidak mungkin terjadi. Tidak pernah ada investasi yang bebas resiko, makin tinggi janji imbalannya maka makin tinggi resikonya menjadi bangkrut. Bila yang menghubungi via FB bukan bule gagah berseragam lengkap dengan informasi kekayaannya, apakah wanita begitu mudahnya jatuh cinta? Bila yang meminta tolong untuk menyimpan hartanya pada kita tidak menawarkan imbalan, maukah kita repot-repot membantu mengirimkan sekian juta uang untuk memuluskan proses pengiriman harta yang hendak kita tolong?

Penipu itu tahu persis memanfaatkan egoisme dan keserakahan kita. Bahwa kita senang mendapatkan uang banyak tanpa perlu bekerja dan suka mendapat hadiah walau tak pernah mengikuti undian atau lomba. Sangat banyak orang dengan egoisme dan keserakahan terpendam, tinggal menunggu waktu dan momen yang pas untuk memunculkannya hingga tak terkendali lalu akan membutakan hati dan menumpulkan pikiran. Mereka bisa membuat kita merasa iklas padahal tindakan serakah yang sedang bekerja. Para penipu tahu benar hal ini, oleh karena itu mereka tak kenal lelah dan tak henti menebar umpannya baik melalui telpon, sms, email, FB, selebaran, pendekatan langsung dan sebagainya.

Para penipu hanya perlu bersabar karena suatu saat akan ada yang memakan umpannya. Karena stok egoisme dan keserakahan diberbagai belahan dunia sangat berlimpah, bahkan ada yang menjadikannya cara hidup dan budaya. Ia tak pandang miskin-kaya, pintar-bodoh, berpendidikan tinggi-rendah, wanita-pria-waria, beragama-tidak, rajin beribadah-malas dan sebagainya. Hanya sikap kesabaran dan kesederhanaan yang tak bisa direngkuh oleh penipu-penipu laknat itu.

Jadi, mari kita tunggu kisah-kisah selanjutnya tentang siapa lagi yang tertipu. Banyaknya informasi, nasehat bahkan tanda bahaya tidak akan banyak berguna, bagi mereka yang tak mau melihat, mendengar dan menajamkan pikirannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline