Lihat ke Halaman Asli

Amirsyah Oke

TERVERIFIKASI

Hobi Nulis

Subsidi BBM Dalam Visi Misi Capres 2014

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dukung mendukung capres makin hari makin ramai bahkan dengan suhu dan tensi yang meningkat. Sayang sekali dukung mendukung capres tersebut seringkali dilakukan dengan kurang cerdas dan tidak mendidik masyarakat. Maraknya kampanye hitam yang tidak disertai data dan fakta, lebih condong menjelekkan lawan dibanding menunjukkan keunggulan diri sendiri, dan menyoroti hal-hal yang remeh temeh sepertinya lebih menarik untuk dilakukan. Padahal masih banyak cara lain yang lebih elegan untuk mengkampanyekan capres idolanya, agar dapat menarik simpati sehingga tertarik untuk mencoblosnya dibilik suara nanti.

Salah satu cara yang relatif bermanfaat terkait dukung mendukung capres atau dalam upaya menentukan pilihan siapa yang akan dipilih nantinya adalah dengan mengamati visi misi kandidat capres-cawapres bersangkutan. Kali ini penulis mencoba membandingkan visi misi kedua capres-cawapres yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Kalla lebih khusus lagi yang terkait permasalahan besar di negeri ini yaitu permasalahan subsidi BBM. Visi misi kedua capres-cawapres dapat diunduh di laman www.kpu.go.id.

Subsidi BBM setiap tahunnya selalu melampaui target yang ditetapkan yang membuat negara harus merevisi APBNnya setiap tahun, termasuk tahun 2014 ini sudah terlihat tanda-tanda anggaran subsidi BBM akan kembali jebol. Juga sudah menjadi rahasia umum bahwa subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh mereka yang relatif mampu memiliki kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor. Usaha membatasi subsidi BBM tampaknya belum serius dilakukan, yang dilakukan baru sebatas himbauan agar masyarakat yang mampu tidak menggunakan BBM bersubsidi. Pengalihan subsidi BBM agar tepat sasaran kepada masyarakat miskin yang membutuhkan masih dalam tataran wacana saja.

Yang tampak menonjol justru pengambilan kebijakan yang bertentangan dengan upaya membatasai penggunaan BBM bersubsidi seperti proyek mobil LCGC. Menteri Keuangan pun sampai mewanti-wanti Kementerian Perindustrian terkait fakta bahwa penggunaan BBM bersubsidi justru makin meningkat dengan adanya mobil LCGC. Hal ini malah direspon dengan merubah diameter lubang masuk bahan bakar mobil LCGC keluaran terbaru yang mana hal ini sangat mudah diakali agar mobil LCGC bisa tetap menggunakan BBM bersubsidi. Ribuan bahkan ratusan ribu Mobil LCGC yang telah terlanjur dibiarkan begitu saja bebar menggunakan BBM bersubsidi.

Subsidi BBM menjadi semacam lingkaran setan yang terlihat sulit sekali untuk menyelesaikannya. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan kecurigaan dari masyarakat yang mengganggap adanya kesengajaan untuk melakukan pembiaran karena adanya kepentingan yang bermain. Apalagi subsidi BBM menelan dana APBN dalam jumlah yang sangat besar. Subsidi BBM dalam RAPBNP 2014 diperkirakan Rp444,58 triliun dari sebelumnya Rp333,68 triliun. Sedangkan tahun 2013 subsidi BBM mencapai Rp300 triliun lebih. Jumlah yang sia-sia hanya untuk dibakar dalam kendaraan masyarakat golongan yang mampu. Bayangkan berapa banyak masyarakat miskin yang bisa dientaskan dengan program yang tepat sasaran, berapa banyak insfratruktur yang bisa dibangun, berapa banyak kebutuhan elementer seperti pendidikan dan kesehatan yang bisa dipenuhi dengan dana ratusan triliun tersebut.

Calon Presiden sedari awal harus berani terbuka dengan menyampaikan sejak dini kebijakan yang akan ditempuhnya terkait subsidi BBM. Jangan hanya meninabobokan masyarakat dengan janji-janji muluk. Mencermati sejarah dan kondisi perekonomian saat ini, hampir bisa dipastikan bahwa siapapun presiden yang terpilih akan melakukan kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi. Hanya mereka yang jujur dan tegas yang sanggup melakukannya sejak masa kampanye. Sebaliknya, dapat dinilai siapa yang hanya asal kampanye demi mendapatkan dukungan untuk meraih kekuasaan, setelah mendapatkan kekuasaan maka lain lagi urusannya.

Visi Misi Jokowi-Kalla Terkait Subsidi BBM

Dalam dokumen visi misi Jokowi-JK sebanyak 42 (empat puluh dua) halaman, terdapat dua kali penyebutan “subsidi bbm”. Subsidi BBM disebutkan dalam halaman 30 yang terdapat pada program aksi nomor 3 “program untuk membangun daulat energi berbasis kepentingan nasional” yang merupakan bagian dari judul “Berdikari Dalam Bidang Ekonomi”.

(2) Sebagian besar konsumsi Energi di Sektor Transportasi berbasis pada energy mahal minyak Bumi yang harus di import dan di topang oleh Subsidi. Kami berkomitmen kedepan untuk merancang strategi yang dapat mengurangi subsidi dan menfaga penyediaan energi murah melalui;

(a) Melakukan transformasi sektor transportasi dari berbasis BBM (mahal-impor) ke transportasi berbasis gas (murah domestik). Akan tetapi tidak terbangunnya infrastruktur gas menjadi kendala utama untuk memasok energi gas di seluruh pelosok nusantara. Kesalahan dalam perancangan tata kelola niaga gas dengan mengeliminasi insentif telah membuat investasi inrrastruktur gas tidak menarik yang berujung tidak adanya pembangunan infrastruktur dalam 10 tahun terakhir. Pemerintahan kami akan merubah strategi tata niaga gas dengan titik berat memberi insentif untuk membangun infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. Perkiraan pengalihan 30% transportasi dari berbasis BBM ke berbasis gas akan mengurangi subsidi BBM sebesar 60 trilyun dan juga menurunkan harga energi sebesar 20%. Pengurangan subsidi yang dibarengi dengan penurunan harga energi akan meningkatkan daya beli masyarakat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

(b) Pemerintahan kami akan merealokasikan sebagian subsidi BBM (sebagian besar dari impor) ke penyediaan biofuel (berbasis domestik). Realokasi subsidi ini akan memperbaiki keekonomian dari biofuel yang akan meningkatkan gairah industri biofuel.

Sementara uraian dalam visi misi yang berhubungan dengan penanganan subsidi BBM juga terdapat dalam judul “Berdikari Dalam Bidang Ekonomi” di halaman 30 s.d. 32. Uraian terkait penanganan subsidi BBM tersebut cukup panjang sehingga tidak penulis cantumkan dalam artikel ini. Pembaca dapat membacanya langsung dalam visi misi Jokowo-Kalla tersebut.

---

Demikianlah sedikit bahasan mengenai visi misi kedua capres terkait penanganan permasalahan subsidi BBM yang akut dan menahun di negara kita. Penulis berusaha tidak memberikan opini pribadi terkait kedua visi misi tersebut, untuk menghindari asumsi keberpihakan pada salah satu capres-cawapres. Penulis berharap hal ini akan memancing pembahasan dukungan kepada capres-cawapres dalam koridor yang lebih cerdas karena menyangkut permasalahan kita bersama. Masih banyak bahan dalam visi-misi tersebut yang bisa dibahas untuk mengetahui relatif berkualitas tidaknya sang calon pemimpin negara ini, misalnya tentang pemberantasan korupsi, pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah elementer lainnya yang masih dihadapi bangsa dan rakyat Indonesia untuk menjadi lebih maju dan sejahtera. Visi misi tersebut dapat disandingkan dengan rekam jejak masing-masing calon sehingga dapat dinilai manakah yang benar-benar serius ingin memperbaiki nasib rakyat dan bangsa ini ataukah hanya sekadar ingin meraih kekuasaan.

Mari hentikan debat kusir dan dukung mendukung yang tidak substansi apalagi tidak memberikan manfaat bagi kita semua dan masyarakat pada umumnya. Para pendukung masing-masing capres dapat mengkritisi visi misi pesaingnya dan menonjolkan keunggulan visi misi capres yang didukungnya dengan argumen yang dapat mencerahkan kita semua. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline