Menatapmu aku tak kuasa
Walau kadang dekat
Menggebu rasa ingin menatapmu lekat
Entah mengapa aku tak berdaya
--
Ah..., mungkin aku saja yang merasakan
Terpesona wajah yang menenangkan
Terhipnotis senyum yang menerbangkan
Tercandu tawa dan suara pancarkan keindahan
--
Mungkin aku saja yang gila
Merasa kita intim bicara
Saat hati dan logika bersahutan
Senyum, tawa dan air mata menggelayuti pikiran
--
Bergemuruh jantung ini
Merasakan air matanya terjatuh sedih
Ingin kuseka dan memberinya riang gembira
Nyatanya aku tercekat mendalami dukanya
--
Sesaat terasa kau begitu dekat
Hati pun berderap semangat
Tak lama kemudian kau menghilang
Aku pun tersesat, kebingungan
--
Rasa ini makin melenakan
Akulah pungguk merindukan bulan
Terpesona pada keindahan bunga di taman
Tak selangkahpun aku mampu berjalan
--
Mungkin sudah suratan
Rasa ini tetap ada di dalam
Mustahil terungkapkan
Tak sanggup terkatakan
--
Kepengecutanku sungguh sepadan
Mendapat imbalan pedih tertahan
Ia begitu sempurna diliputi keindahan
Apalah aku yang hanya akan menjadi beban
--
Mungkin inilah peran terbaikku untuknya
Hanya bayang-bayang di sekitarnya
Bagiku itu adalah anugrah
Selalu dekat dan merasakan hatinya
---
Makassar 240814
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H