Lihat ke Halaman Asli

Penghalang Kesuksesan

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap kesuksesan tidak ada yang kita raih dengan gratis. Selalu ada harga yang harus dibayar. Harga kelelahan, harga kesabaran, harga rasa sakit, harga rasa terhina, dan harga yang lainnya. Andai kita kurang kuat mempersiapkan mental kita, maka bisa jadi kesuksesan hanya akan jadi impian belaka. Konsistensi sangat diperlukan dalam meraih kesuksesan tersebut. Karena selalu ada hambatan, rintangan, penghalang, dan musuh-musuh kesuksesan yang akan terus menghadang di hadapan kita. Penghalang-penghalang kesuksesan tersebut harus betul-betul kita kenali agar kita bisa segera mengantisipasinya.
Apa saja penghalang-penghalang kesuksesan tersebut? Banyak hal yang bisa menjadi penghalang kesuksesan kita. Di sini saya akan menyampaikan 3 hal yang bisa menjadi penghalang sukses kita, yang tentunya harus kita kenali untuk kita hindari dan buang jauh-jauh.
Penghalang #1 : Alasan
Ini merupakan penjara mental yang sulit sekali ditembus bagi orang yang sudah terbiasa terkungkung di dalamnya. Menghalau alasan sangat berkaitan erat dengan mengalahkan atau melawan diri sendiri. Ia seringkali muncul ketika diri kita terjatuh dalam ketidakberdayaan. Alasan biasanya digunakan untuk melakukan pembenaran terhadap kegagalan atau kekalahan yang kita alami. Atau agar dia yang mengalami kegagalan, kekalahan, atau ketidakberdayaan itu tidak disalahkan lebih jauh oleh orang lain. Maka beralihlah dia ke "posisi aman" dengan cara membuat alasan.

Di antara sekian banyak alasan, ada 3 alasan yang sangat sering digunakan oleh mereka yang bermental gagal.Ketiga alasan itu adalah nasib, usia dan pendidikan. Ketika seseorang mengalami kejumudan dan stak dalam menjalani kehidupannya, baik dalam pekerjaan, gaji ataupun keluarga, kalau ia orang yang bermental kalah ia akan mengatakan,"ini memang sudah nasib saya." Padahal dia belum berjuang maksimal. Ingat, bahwa nasib baik akan terjadi pada diri kita ketika persiapan yang telah matang, bertemu dengan kesempatan yang datang.

Begitu pun dengan usia. Banyak di antara kita yang pasrah menjalani kehidupan yang apa adanya dengan alasan usianya sudah tua, tidak muda lagi, atau sudah bukan usia produktif lagi. Padahal, kalau kita berkaca pada orang-orang sukses, banyak di antara mereka yang menggapai suksesnya justru di saat usianya sudah tua (untuk tidak mengatakan udzur). Mungkin kita pernah dengar bagaimana Kolonel Harland Sanders sukses denga KFC-nya pada usia di atas 70 tahun. Di Indonesia kita mengenal sosok penulis sukses dan produktif Hernowo yang mulai menulis pada usia 40 tahun. Usia dimana sebagian orang mengatakan bahwa usia 40 tahun adalah puncak usia kesuksesan. Artinya, kalau di usia 40 tahun orang belum jadi apa-apa itu pertanda kalau dia tidak akan sukses. Ternyata mitos itu bisa dipatahkan.

Pendidikan. Ini juga sering sekali jadi alasan sebagian orang untuk tetap hidup biasa-biasa saja. Pendidikan memang jadi salah satu ukuran seseorang bisa lebih baik. Tapi juga, tingginya pendidikan seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesannya. Pendidikan tinggi tidak membuat sukses otomatis didapatkan. Sukses perlu perjuangan. Maka orang yang pendidikannya rendah tapi upayanya gigih untuk menggapai sukses dan dia mau belajar dari orang lain dan juga dari pengalaman, boleh jadi bisa lebih sukses dari orang berpendidikan tinggi tapi malas berupaya.
Penghalang #2: Takut Gagal
"Kegagalan pada hakikatnya bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, tetapi ia adalah jembatan untuk melewati jalur tercepat menuju kesuksesan." (Imam Munadi)
Kata "gagal" memang sering menjadi momok yang menakutkan bagi siapapun yang mau memulai sesuatu. Bagi yang belum paham hakikat kegagalan, ini akan menjadi batu ganjalan yang besar dalam perjalanan menuju sukses. Padahal, sebenarnya kegagalan dan kesuksesan itu ibarat dua mata uang. Jadi, kalau begitu kegagalan itu ada bukan untuk ditakuti ataupun jadi penghalang, justru kita jadikan kegagalan itu sebagai kesempatan kita untuk belajar. Setiap kesuksesan besar pasti selalu didahului dengan kegagalan-kegagalan besar. Setiap kita pasti pernah gagal, dan hal itu sangat wajar dalam kehidupan. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita saat menghadapi kegagalan itu.
Ada orang yang mengambil hikmah dari kegagalan yang dialaminya sehingga ia bisa melakukan hal yang lebih baik. Ada juga orang yang terpuruk dan "terduduk lesu" saat ia mengalami kegagalan. Ia beranggapan bahwa ia memang tidak layak untuk jadi orang sukses. Perlu diingat kembali, bahwa, bukan berapa kali kita terjatuh, tapi berapa kali kita bangkit setelah kita terjatuh.
Bahkan lebih ekstrim lagi barangkali, orang-orang sukses malah menjadikan kegagalan itu sebagai sebuah "keharusan". Apa sebab? Mereka mengatakan bahwa sukses tanpa kegagalan itu terasa hambar. Bagaikan masakan tanpa garam. Kesuksesan akan terasa begitu indah dan nikmaaat kalau kita sudah berulang kali gagal. Maka pada saat kegagalan demi kegagalan itu datang mereka sampai pada titik harapan yang begitu tinggi, hatinya menjeriiit.... Sampai pada satu pertanyaan: "Kapankah kesuksesan itu bisa saya raih?" Atau seperti yang dikatakan oleh Rasul dan para sahabatnya saat perjalanan dakwah begitu sulit dan banyak sekali rintangan, mereka menjerit, menghunjamkan do'a dan berkata: "Kapankah pertolongan Allah itu akan datang?" Setelah itu dilewati dan kemenangan serta kesuksesan itu datang nikmatnya tiada tara. Sungguh enak, sungguh indah, sungguh membahagiakan.
Tapi, itu pun bukan berarti kita harus sengaja "menggagalkan diri" atau "pura-pura gagal", kalau memang kita bisa mengantisipasi kegagalan itu lebih baik tentunya. Sepanjang di sana ada upaya, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan perjuangan yang luar biasa. Kita tidak hasrus selalu gagal sebagaimana yang sudah dialami oleh orang lain. Justru dengan melihat orang lain gagal dalam satu bidang tertentu, kita bisa belajar dari kegagalan yang orang lain alami agar kita tidak mengalami kegagalan yang sama. Ibaratnya kita bisa melipat waktu agar sekian banyak kegagalan orang lain bisa kita pelajari untuk kemudian kita ambil ibrah dan  kita melakukan hal yang lebih baik. Kalau itu sudah bisa kita lampaui, maka tugas kita adalah bagaimana kita membuat sesuatu yang baru yang belum pernah dilakukan orang dan siap untuk meraih kesuksesan yang lebih besar walaupun harus mengalami kegagalan. Dan setelah itu kita bangkit sebagai sosok yang berbeda dan mempunyai nilai lebih dibanding orang lain.

Penghalang #3: Malas

Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan.
Menurut (Edy Zaqeus: 2008) rasa malasa diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,dll.
Pendapat lain menyebutkan bahwa malas juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang merugikan. Pasalnya pengaruh malas ini cukup besar terhadap produktivitas. Sesungguhnya, rasa malas adalah bisikan di antara sekian banyak bisikan setan yang masuk ke relung hati kita. Ia akan menjerumuskan kita ke jurang kehancuran yang tidak kita sadari semenjak awal. Jika sekali saja kita memberi peluang kepada diri untuk bermalas-malasan, maka yakinlah tubuh akan menuntut kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya. Suatu saat, ia akan menjadi suatu kebiasaan yang kita anggap lumrah dan biasa dalam hidup.
Kebiasaan negatif ini akan menjelma menjadi zona nyaman yang akan mengikat kita untuk terus berada di dalamnya. Akan diperlukan energi ekstra besar untuk menarik diri agara bisa keluar dari zona nyaman ini. Oleh karenanya, buanglah jauh-jauh kebiasaan malas. Ia akan menjerumuskan kita dari tujuan hidup yang sudah dicanangkan. Ia akan menjadi penghalang kesuksesan kita.
Kita diajarkan oleh Rasulullah SAW agar memperbanyak do'a agar kita terhindar dari sifat-sifat negatif, di antaranya sifat malas:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemurungan dan kesusahan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari tekanan utang dan paksaan orang lain."
Agar kita lebih produktif dan bisa meraih sukses yang kita impikan, maka tak ada lain yang harus kita lakukan adalah mengusir rasa malas itu dari diri kita. Bagaimana caranya? Paling tidak ada 7 cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa malas yang selalu menghantui kita:


  1. Hidup terorganisir.
  2. Membuat "to-do" list (daftar kegiatan) setiap malam sebelum tidur.
  3. Selesaikan hal pertama yang ada di "to-do" list di pagi hari.
  4. Cek pakaian kita.
  5. Jadilah orang aktif dan sadar akan waktu.
  6. Selalu membawa notebook atau catatan.
  7. Tetapkan hari Minggu untuk bermalas-malasan.


Semoga kita terhindar dari sifat malas ini sehingga kita bisa menggunakan waktu dengan maksimal dan meraih kesuksesan tertinggi kita. Aamiin. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline