Lihat ke Halaman Asli

Ramadhanku, Ramadhan Hidupku (Sajak Kehidupan 11)

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah setahun ternyata langkah kaki ini
bergelut dg waktu utk sebuah perubahan
hijrah ke kampung sebelah suku jawa
disini letih luas samudra
disini kepala jd kaki
begitupula kaki jd kepala
ramadhanku terasa beda kali ini
jauh dr namany orgtua
sahabatpun kian tergerus gelombang kehidupan
dan aku menjadi sendiri sepi
rindunya hatiku saat tadarus bersama
rindunya jiwaku pada angin senyuman itu
ibuku...
Bapakku...
Adikku...
Teman2ku...
Mungkinkah kita bisa mengulang saat itu

masa dimana materi bukan menjadi pilihan
hanya kasih sayang yg bertebaran
senang dan sedih kita lewati bersama
tanpa padang ras dan tingkatan tahta
tapi semua hanyalah kenangan indah
yg hanya bisa terwujud dlm benakku saja
karena kini materi adalah sosok bidadari
tiap org berlomba merebutkannya
akupun saat itu bimbang antara ilmu dan harta
renunganku sampai menusuk tulang
pikirkan keadaan orgtua yg lelah
sementara jeritan materi yg serba kurang
mengikis ambisiku tuk berlabuh dg pikiran

putusan hakim hatikupun terketuk
aku memilih berjuang dg materi
hinhga kini waktuku diperas habis
jam kerja tak bisa kutolak dan aku harus menurut
itulah keadaan jiwaku yg payah
tak bisa bebas dan terus terhampas
tetapi apalah daya diriku
karena hanya jalan ini yg bisa aku lari padanya
untuk ibu bapakku nan jauh disana
aku cinta kalian dan akupun sangat rindu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline