Lihat ke Halaman Asli

amirmahmuda

Writing on the wall

Cebong dan Kampret yang Tak Kunjung Damai

Diperbarui: 2 Februari 2019   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : lunchbuddiesplus.files.wordpress.com


Indonesia merupakan negara demokrasi yang sistem pemilihan kepimpinannya diserahkan dari rakyat. Sebagai negara yang sudah merdeka, Indonesia seharusnya sudah cukup bijak dalam menentukan pilihan Presiden yang dipilih rakyat pada pemilihan umum tiap lima tahun sekali.

Sayangnya, demokrasi Indonesia kerap tercoreng dengan adanya berita bohong atau hoax yang dilakukan oleh oknum tertentu. Hoax yang tersebar tentu saja dapat menguntungkan bahkan merugikan salah satu calon presiden terpilih. Persebaran hoax pun sangat masiv melalui platform media sosial.

Maraknya hoax menjadikan Cebong dan Kampret saling adu argumen. Bagi yang belum tahu, Cebong adalah sebutan untuk pendukung Pak Jokowi sedangkan Kampret adalah sebutan bagi pendukung Pak Prabowo. Sebutan ini telah ada sejak periode pemilu presiden tahun 2014.

Adu argumen antara Cebong dan Kampret bisa kita lihat di berbagai platform media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram bahkan hingga dibawah kolom komentar media digital. Tak hanya adu argumen, kedua kubu pun kadang melontarkan perkataan kasar hingga kalimat provokatif.

Jujur saja, saya termasuk "korban" antara keributan kedua kubu ini. Argumen yang terlontar dan berita yang ditampilkan malah membuat saya bertanya-tanya tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. 

Dipandangan saya, semua terlihat sama saja. Sama baik dan sama buruk. Kalau begini, mau pilih calon presiden yang mana? Apa lebih baik jadi golongan putih (goplut) saja?

Kedua kubu pendukung ini memang tidak dapat disalahkan karena adanya pemilih yang golput. Hanya saja, berkurangnya rasa percaya untuk kedua pasang calon dapat karena banyaknya berita hoax dan saling tuduh menuduh dapat mempengaruhi pikiran pemilih terhadap pilihannya.

Kedua kubu ini sebenarnya memiliki peranan yang cukup penting bagi kredibilitas calon presiden. Mereka bisa menaikkan keunggulan-keunggulan calon presiden dengan bukti yang nyata dan tanpa saling serang di dunia maya. Namun, jika dilihat dari 2014 hingga sekarang, seakan kedua kubu ini masih belum menemukan titik terang untuk berdamai.

Kompasiana Palembang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline