Lihat ke Halaman Asli

Amir Mahmud

Hitam manis

Euro 2020, Pandemi Covid 19 dan Game Scatter

Diperbarui: 26 Juli 2021   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mungkin tulisan ini agak terlambat karena Euro 2020 telah berakhir pada 11 Juli 2021 yang lalu, akan tetapi ada perasaan yang mengganjal di hati penulis pads edisi Euro 2020 kali ini dimana terasa kurang semarak dibanding pada edisi-edisi sebelumnya, sehingga penulis merasa perlu melepaskan unek-unek ini dan baru pada hari ini penulis sempatkan untuk menulis yang penulis beri judul  Euro 2020 Pandemi Covid19 dan Game Scatter. Mengapa? Karena nampaknya ada keterkaitan ketiganya.

Penukis adalah 2salah satu penggemar sepakbola. Mulai Piala Dunia 1982 yang berlangsung di Spanyol sampai Piala Dunia 2018 di Rusia dan Piala Eropa 1984  yang berlangsung di Prancis  sampai Piala Eropa 2016 di Prancis selalu penulis ikuti mulai pembukaan sampai Final. Dan penukis juga fans berat Jerman (dulu Jerman Barat) dan sampai saat ini belum pindah kelain hati, dari era Karl Heinz Rummeniege, Hors Hrubesh dkk  yang dilatih Jupp Derwal sampai era  terkini Manuel Neuer, Kai Harvertz yang dialatih Joachim Low. Dan hebatnya Jerman pada dua Turnamen Mayor itu selalu melangkah jauh bahkan juara (3 kali juara Eropa dan 4 Piala Dunia) hanya beberapa edisi baik Piala Eropa dan Piala Dunia, Jerman yang pulang lebih awal.

Euro 2020 yang berlangsung mulai   11 Juni (pertandingan pembukaan yang berlangsung di stadion Olimpico Roma antara Tuan Rumah Italia vs Turki)  sampai dengan  11 Juli 2021 (Final Italia vs Inggris yang berlangsung di stadion wembley) dan seperti kita ketahui bersama Italia berhasil menjuarai Piala Eropa edisi ini setelah menang adu pinalti melawan Inggris 3-2 (1-).

Euro 2020, edisi ke 16 turnamen, seharusnya mentas musim panas tahun lalu, akan tetapi terpaksa diundur pada tahun ini akibat pandemi covid 19, akan tetapi nama resmi turnamen ini tetap menggunakan nama Euro 2020 bukan 2021.

Turnamen ini menandai peringatan ulang tahun ke 60 kompetisi Piala Eropa sebagai bentuk perayaan momen spesial untuk pertama kali nya sepanjang sejarah turnamen diadakan di 12 kota dalam 12 negara berbeda.

Euro 2020 menampilkan 24 Negara  peserta, 20 Negara lolos dari kualifikasi dan sisa 4 negara diambil dari babak play off.  Format persis sama dengan Euro 2016 yang berlansung di Prancis.

Namun ada perbedaan yang sangat mencolok yang penulis rasakan pada pagelaran edisi Euro kali ini, dimana antusisme penonton/penggemar terutama penulis rasakan kurangnya minat untuk menyaksikan pertandingan mulai penyisihan grup, perdelapan final, perempat final, semi final dan bahkan Final sekalipun kurang diminati.

Sangat wajar memang, karena disebabkan pandemi covid 19, sesuai dengan aturan protokol kesehatan masyarakat dilarang untuk melakukan nonton bareng Euro2020  di kafe, warung kopi apalagi dilapangan terbuka sehingga sangat jarang terdengar obrolan diwarung-warung kopi yang membicarakan Piala Eropa.

Namun menurut penulis, bukan pandemi covid 19 saja yang menyebabkan kurang antuasias piala eropa kali ini akan tetapi juga dipengaruhi oleh game High Domino (Scatter)  karena penggemar sepakbola banyak beralih menjadi penggemar High Domino. Mudah-mudahan  ini tidak berlangsung lama seiring dengan berakhirnya Pandemi Covid 19 kita masyarakat penggemar sepakbola dapat menyaksikan Piala Dunia 2022 secara normal tanda ada gangguan rasa takut tertular virus covid 19.....amin.

Penulis

Amir mahmud

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline