Penulis membuat tulisan ini dengan perasaan kesal dan mendongkol.
Sebenarnya udah mau tidur, tapi mata ndak mau terpejam memikirkan kekalahan menyakitkan Timnas U23 Indonesia melawan Timnas U23 Uni Emirat Arab melalui adu pinalti.
Bukan kekalahan yang ditangisi tapi cara kalahnya yang ndak enak.
UEA pada pertandingan ini mendapatkan 2 hadiah Pinalti, satu di babak pertama dan 1 pada babak kedua.
UEA mendapat hadiah pinalti pertama pada menit ke 20 dan berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Zayed Alameri dan pinalti kedua pada babak kedua menit ke 64 juga dapat dikonversikan menjadi gol oleh Zayed Alameri.
Dua pinalti ini sangat melukai hati para penggemar Timnas Indonesia yang datang langsung ke stadion Wijaya Mukti dan yang menonton melalui layar kaca baik di warung kopi, lapo tuak, cafe, nonton bareng dilapangan terbuka atau nongkrong dirumah masing-masing bersama keluarga.
Niat hati ingin bereforia merayakan kemenangan Timnas Indonesia, tapi apa daya Shaun Evans membuyarkan anggan-angan kami warga Indonesia.
Kalau boleh berandai-andai kalau pinalti kedua UEA tidak diberikan Evans, hasilnya tentu lain.
Kalau Indonesia menang, kegembiraan seluruh masyarakat akan merayakan dengan senang hati (membayangkannya sampai endak mampu karena air mata terus menetes).
Apa memang benar Shoun Evans kontroversial dalam memimpin pertandingan sepenting ini?.
Shaun Evans, wasit asal Australia ini setelah dicari-cari di google memang kontroversial rupanya, memimpin Liga 1 sejak 2017 banyak hal kontroversial yang diputuskan pada Liga 1 Indonesia.
Jadi pertanyaannya mengapa pertandingan penting sekelas babak gugur Asian Games diberikan pada wasit Australia itu?