Mbah Weknyo merupakan sebutan akrab yang diberikan oleh warga setempat. Weknyo Suwito Sangat merupakan nama lengkap beliau. Mbah Weknyo merupakan salah satu pengrajin wayang kulit di Kabupaten Karanganyar. Kegiatan usahanya dilakukan di rumah yang beralamatkan di Dusun Bancak, Desa Gebyog, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Mbah Weknyo mulai membuat wayang sejak tahun 1960 dan keahliannya didapatkan hanya melalui hobi dan bakat yang diasah. Dimana pada tahun 1958 ketika masih duduk di bangku Sekolah Rakyat kelas 5, Mbah Weknyo memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah karena masalah ekonomi dan mengharuskannya untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan keempat adiknya. Pada tahun 1960, Mbah Weknyo mendapatkan pekerjaan pertamanya dari pemerintahan Komplang, Jawa Timur membuat gambar wayang di papan kayu sejumlah 10 lembar papan dan mendapat upah berupa kulit kerbau 4 lembar.Hal itu menjadi modal awal dalam merintis karirnya sebagai pengrajin wayang yang tetap terjaga eksistensinya sampai saat ini. Pada saat pagelaran wayang di desa Nglebak, Munggur, Mojogedang. Beliau bertemu seorang dalang, hal itu pun dimanfaatkan Mbah Weknyo untuk menggali informasi yang lebih dalam tentang proses pembuatan wayang. Dari peristiwa tersebut beliau mendapatkan kenang-kenangan berupa mal dari Pak Dalang agar lebih semangat dalam belajar membuat wayang. Beliau membuat wayang sesuai permintaan dan keinginan konsumen, wayang yang biasa dibuatnya hanya wayang kulit.
Beliau juga sempat putus asa karena daya beli konsumen rendah, hanya orang-orang tertentu dan dalang yang dapat membeli wayang. Berbeda halnya dengan zaman sekarang dimana wayang sudah dianggap barang kuno yang antik dengan nilai jual yang tinggi. Karena hal tersebut beliau beralih profesi menjadi pengrajin kayu dimana beliau tidak menghilangkan unsur seni dalam hidupnya. Pada tahun 1965, sebagai pengrajin kayu beliau mendapat pesanan sebuah “Tedeng Aling-Aling” dengan ukiran berbentuk wayang, mulai dari situlah beliau mulai merintis dunia perkayuan dan mulai mendapat pesanan berupa pintu, jendela, kusen, almari, dan lain sebagainya. Dari menekuni usaha kerajinan kayu dapat meningkatkan perekonomian keluarga beliau. Tahun 1995 beliau kembali mencoba keberuntungannya dibidang pewayangan dan hingga saat ini masih bertahan, bahkan pengiriman sampai keluar daerah seperti Solo, Sumatera, Kalimantan, Jakarta hingga sampai keluar negeri seperti Jepang. Promosi yang dilakukan hanya dari mulut ke mulut. Wayang yang diproduksi oleh beliau memiliki range harga 1,7 juta – 3 juta, tergantung dari besar kecilnya wayang yang dipesan dan tingkat kesulitannya.
Bahan dan alat yang biasa digunakan untuk membuat wayang yaitu kulit sapi, kulit kambing jawa, palu, kuas, tatah, cat khusus wayang. dan papan. Dalam memproduksi wayang beliau mengerjakan sendiri tanpa bantuan dari siapapun mulai dari membersihkan kulit, mengeringkan. hingga proses pengecatan. Didaerah Mojogedang khususnya desa Gebyog hanya beliau yang menjadi satu-satunya pembuat wayang hingga saat ini. Sampai sekarang pun juga belum ada support dari pemerintah desa ataupun pemerintah setempat untuk memajukan UMKM Wayang di Dusun Bancak, Desa Gebyog, Mojogedang, Karanganyar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H