Lihat ke Halaman Asli

To Be a Driver

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kamis (09/04/15) sore saya pergi ke sebuah toko buku yang cukup terkenal di Yogyakarta. Disana saya memilah dan memilih berbagai macam buku. Hingga akhrirnya saya jatuh hati kepada dua buah buku. Buku yang pertama berjudul agility karya profesor Renald Kasaly Dalam buku itu saya merasa terpecut habis-habisan. Tak hanya itu, dari buku itu juga saya merasa terpatri untuk berubah, untuk lebih agile. Dalam buku ini beliau menganalogikan dua pilihan yang cukup berbeda. Memilih untuk menjadi penumpang atau menjadi sopir.

Menjadi penumpang itu lebih enak dan lebih nyaman. Tak ada tuntutan apapun, karena tujuan ia hanyalah sampai ke tempat yang ia tuju. Terkait di dalam mobil mau melakukan apa, ya terserah dirinya. Bisa tiduran, selonjoran mendengarkan music, sms, bahkan maen game. Berbeda halnya dengan sang sopir yang ada di depan. Ia dituntut untuk cekatan, memiliki opsi dan alternative jalan yang lain serta tidak boleh tiduran. Sebab resiko yang dimilikinya sangatlah besar. Resiko itulah yang ada pada seorang sopir, sehingga tak banyak yang ingin menjadi sopir. 

Lebih nyaman dan tenang menjadi penumpang. Duduk di belakang, mengekor saja, terserah kepada pemimpinnya. Lebih tepatnya yaitu memilih jalan aman. Inilah kebanyakan tipe manusia yang ada di negeri ini, lebih terkesan mencari aman dan duduk diam.Agility, sesuai dengan judulnya yaitu menuntut kita supaya cerdas dalam segala hal. Cerdas seperti pemimpin UEA yang mampu membawa kemajuan pesat seperti sekarang ini. Mereka bisa maju dan hebat sekarang ini karena punya agility dan sadar akan persaingan.

Catatan yang paling saya ingat dalam buku ini yaitu : “seratus kambing yang dipimpin singa lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin oleh kambing.” Demikianlah kata-kata itu saya catat dalam buku diary saya. Kata yang sungguh menginspirasi dan makna yang dalam.Dalam buku yang satunya lagi, Self Drawing Prof Renald Kasaly hampir sama,yaitu membombardir tentang how to be driver not to be passanger. Mental seorang driver harus dimiliki, sebab ketika MEA di akhir tahun 2015 ini semuanya akan begitu terbuka. Jika tidak sekarang, ya kapan lagi.

Dalam buku kedua yang saya baca ini, Prof. Renald Kasaly lebih detail berbicara tentang driver personality. Menjadi driver untuk pribadi, untuk masyarkat, dan bangsa. Ketiganya harus memiliki keterkaitan, sehingga akan mudah megembalikan kejayaan negeri ini. Dari dua buku di atas, Agility dan Self Drawing. Saya menjadi lebih sadar untuk berubah. Berubah ke arah yang lebih baik. Change before you have to.. (berubahlah sebelum anda dipaksa untuk berubah). Demikian kata Jack welch.

Pada halaman pertama Self Drawing, tertulis : “Orang jujur itu mujur. Tapi jujur dan disiplon seperti sekeping koin dengan dua sisi, saling melengkapi. Karena kejujuran harus menjadi komitmen. Dan komitmen harus dibentuk oleh self discipline. Inilah modal dasar self driver.“ menjadi seorang pribadi yang kuat dan tangguh tidak mudah, tetapi harus melalui proses yang cukup panjang dan boleh dikatakan melelahkan. Bagi seorang yang kuat, lelah bulanlah sebagai ujian melainkan pecutan.

Memecut diri menjadi lebih baik lebih mulia, ketimbang menyerah dengan keadaan. Saya terngat dengan sebuah judul buku islam yang sangat menarik. Kira-kira judul bukunya seprti ini “lebih baik dipaksa masuk syurga dari pada sukarela masuk neraka.” Judul buku tersebut merupakan sentilan bagi kita supaya sadar bahwa jalan ke syurga butuh perjuangan yang sangat keras, makanya harus dipaksa. Sesuatu yang dilarang itu biasanya nikmat, tetapi yakinlah bahwa dalam kenikmatan itu hanya ada murka Allah.

Tidak hanya kemurkaan Allah, tetapi disana mengandung unsur keduniaan yang sifatnya pendek lagi fana. Tetapi sesuatu yang berat dan sulit itu menyimpan banyak manfaat serta memberikan jaminan untuk kekal dan bahagia diakhir selamanya. Siapa yang mampu menyiapkan diri kebahagiaannya untuk kehidupan yang kekal, maka ia akan mendapatkannya. Tetapi sebaliknya, bagi yang tidak sabar, maka kenikmatan itu hanya akan ia dapatkan di dunia ini saja. Padahal hanya sesaat saja. Semoga kita terhindar dari tipe orang yang demikian.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline