Lihat ke Halaman Asli

Jang Neng

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cita- cita kecil ku adalah menjadi seorang tentara. Walupun aku dilahirkan dari seorang anak petani miskin. Tentara begitu menjadi inpirasiku ketika aku melihat film G-30 S/PKI di telvisi hitam putih yang kami punya saat itu. Hampir setiap hari ku menghayal untuk menjadi tentara hingga aku duduk dikelas 3 SMP.

Aku dilahirkan anak ketiga dari 7 bersaudara tapi kakakku yang anak kedua meninggal jadilah aku anak kedua dari enam bersaudara. Masa kecilku adalah masa yang sangat menyedihkan sekaligus menyenangkan. Aku hidup didalam perkebunan karet bersama keluargaku dan adik- adikku yang ketiga.aku tidak pernah mempunyai tetangga apalagi teman bermain. Rumahku sangat jauh dari keramaian dan kampung. Untuk menuju kekampung harus melawati hutan-hutan dan semak belukar.

Untuk menuju kekampung tempat nenekku tinggal saja aku harus berjalan kaki dan kadang harus mengarungi rawa- rawa jika banjir yang rawan sekali dengan ular sawah dan buaya kadal. Hari- hariku kuhabiskan didalam kebun karet milik ayahku.disanalah tempat aku dan adik- adiku bermain. Mulai dari kejar-kejaran bersamaan sampai kepada petak umpat dan kadang berkelahi bersama..he.he.

Setiap hari hanya bermain bersama adik- adikku sajasepulang sekolah. Sekolahku berjarak 5 km dari pondokku. pondokku itu adalah rumah panggung berdinding papan dan berlantai papan, tidak ada kamar tidur apalagi kamar mandi yang ada cuma serambi kecil, ruang keluarga 4 X 5 meter dan dapur sekitar 2 X 4 meter. Untuk mencapai sekolah aku harus menggunakan sepeda yang melewati jalan tanah liat yang yang apabila hujan sepeda ku tidak bsa berjalan. Sampai terpaksa aku tingalkan sepeda ku dirumah perkampungan orang jawa. Tak jarang aku terjatuh dan terpleset dan terjatuh tersungkur, terpelanting di jalan berlumpur yang licin.

Sepulang sekolah rutinitasku bukanlah belajar atau tidur siang seperti kebanyakan anak seusiaku. Setelah makan aku akan langsung diajak kedua orang tuaku untuk menyadap karet yang ada di dekat pondoku. Tidak peduli apakah aku sedang capek atau malas. Aku harus patuh dan tetap pergi bersama orang tuaku untuk menyadap karet. Kebun karet adalah tempat berwisata, bermain, mencari inspirasi, sekaligus mencari motivasi hidup. Ditengah teriknya matahari sore sekita jam 2 siang aku dan seluruh keluarga ku telah merayap didalam kebun karet, entah dimana ular, binatang buas, hantu, kontet siap menerkamku. Namun aku tidak peduli aku melakukan nya dengan senag hati. Aku ingin membuat orang tua ku senang, aku berlomba- lomba dengan adikku untuk dapat menyadap karet dengan cepat. Aku senang jika dapat meyadap karet dengan cepat karena nanti aku akan dipuji oleh orang tua ku “ kamu rajin kata Neng".kata ayah atau emakku. Ketika di dalam kebun karet rasa gatal sring meyerang kulitku karena dihinggapi oleh kontet sampai disembur hantu kelemburuk yang sangat menakutkanku dan menekan batinku…….

Aku memang tidak punya banyak teman bermain karena jarak pondokku dengan perkampungan orang jawa cukup jauh. Maka nya kami bermain adik beradik saja. Tak jarang aku berkelahi dengan adikku lelakiku. jang cik namanya kami berkelahi karena hal- hal sepela. Mulai dari karena nyadap karet, posisi tidur, main kelereng, kejar – kejaran, main buaya – buayaan ( maianan pavorit kami di sungai tempat kami mandi), perang – perangan, pendekar – pendekaran ala wiro sableng dalam novel Bastian Tito…huh sungguh banyak permainan kami saat itu…

Aku dan jang cik memang tidak bertaut jauh dalam hal usia. Kami cuman berjarak dua tahun. Kami slalu berdua walau sering bertengkar, kami sering mencari ikandengan memasang lukah bersama dengan memasang lukah itulah kami bisa memakan ikan. kalu tidak ada lukah susah sekali bagi orang tua kami untuk membeli ikan. saking susahnya hidup kami untuk makan ebungkus mie istan saja harus dibagi untuk seluruh anggota keluargaku. alhasil dapatlah aku dan saudara-saudaraku dan juga kedua orang tuaku 2 sendok untuk sekali makan. Ikan yang sering kami dapatkan adalah ikan Limbad, Ruan, kaloi, dan Ikan Timah dan kadang juga dapat tilaan serangkak dan kadang juga ular..hi.hi seram juga..tapi kami berdua sanngat senang apalagi ditambah senyum ayah dan ibu yang senang makin senang hati kami..banyak dapatnyo neng. Kata ibu..banyak la bu…(bersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline