Lihat ke Halaman Asli

Amirah Syuaib

Mahasiswa

Membangun Generasi Tangguh melalui Optimalisasi Fungsi Keluarga: Peran Keluarga dalam Mencegah Pernikahan Dini di Desa Cimande, Kabupaten Bogor

Diperbarui: 15 Juni 2024   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Pernikahan dini menjadi permasalahan serius yang kerap terjadi pada remaja. Berdasarkan data dari UNICEF (2023) dalam Schoolmedia (2023) menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat empat dalam negara dengan kasus pernikahan anak terbanyak di dunia dengan jumlah kasus pernikahan anak sebanyak 25,53 juta. Akan tetapi, banyak dampak negatif yang menimpa anak remaja dari terjadinya pernikahan dini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maudina (2019) terdapat tiga dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini, yaitu dampak psikologis, kesehatan, dan sosial-ekonomi. 

Dampak psikologis yang dirasakan adalah perasaan menyesal, tertekan yang akhirnya menyebabkan timbulnya depresi pada pasangan pernikahan dini. Hal tersebut sejalan dengan Djamilah dan Kartikawati (2014) yang menyatakan bahwa adanya ancaman kesehatan mental yang dirasakan oleh anak yang menikah dini karena harus bertanggung jawab atas keluarganya sendiri. 

Selain itu permasalahan kesehatan juga kerap timbul pada keluarga dengan pasangan menikah dini, seperti kelahiran bayi prematur, kematian ibu dan bayi akibat organ reproduksi yang belum matang. Selain itu, pernikahan dini sering terjadi karena perilaku seks bebas dan hamil diluar nikah. Menurut Hastuti dan Aini (2016) kasus pernikahan dini meningkat tiap tahunnya disebabkan oleh perempuan yang hamil di luar nikah. Perilaku seks bebas akan menyebabkan permasalahan baru yaitu meningkatkan penularan penyakit HIV/AIDS dikalangan remaja. Menurut Kemenkes (2022) sebanyak 51% kasus HIV/AIDS yang baru terdeteksi dialami oleh remaja. Selanjutnya adalah dampak sosial-ekonomi yang dialami oleh pelaku pernikahan dini adalah merasa minder dengan tetangga di lingkungan dan tidak memiliki kesiapan ekonomi untuk membangun rumah tangga. Hal tersebut akan meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia (Maudina 2019).

Keluarga sebagai lingkungan terdekat bagi anak perlu untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, salah satunya dengan menerapkan fungsi keluarga. Fungsi keluarga memiliki dampak yang besar dalam kehidupan keluarga.  Menjalankan fungsi keluarga sama saja dengan mendidik anak untuk mampu menjalani kehidupannya sendiri. Hal tersebut menjadi salah satu tahap perkembangan yang dialami oleh remaja. Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan penting yang dialami oleh individu. Remaja merupakan proses transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Banyak perubahan dan tantangan yang terjadi pada tahap ini.  Remaja cenderung mencari identitas dirinya dalam hal tujuan hidup, peranan seksual, nilai, dan identitas sosial pada dirinya sendiri. Sehingga tak jarang kenakalan sering terjadi pada tahap remaja.

Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk membantu keluarga, terutama orang tua, dalam memperbaiki arah dan perkembangan remaja secara positif dalam upaya membangun individu yang berkualitas, kuat, maju, dan mandiri. Program ini dilaksanakan  di Bina Keluarga Remaja (BKR) Aster di Desa Cimande, Kabupaten Bogor.

Program ini bekerja sama dengan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor yang berlokasi di Jl. Bersih Kp. Cipayung, Tengah, Kec. Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang berjalan dengan lancar dan mendapatkan antusiasme tinggi dari masyarakat di Desa Cimande. Dijalankan sebanyak dua kali pertemuan pada tanggal 18 Mei 2024 dan 8 Juni 2024

Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama adalah pengertian pernikahan dini, dampak negatif pernikahan dini, dan strategi mencegah pernikahan dini melalui 8 fungsi keluarga. Pada pertemuan kedua, materi yang disampaikan adalah mengenai praktik pengasuhan yang baik pada anak remaja, berupa konsep parenting, karakteristik anak remaja, perkembangan pada anak remaja, dan strategi pengasuhan yang baik pada anak remaja.

Setiap pertemuan peserta diminta untuk mengisi pre-test terlebih dahulu untuk mengukur pengetahuan peserta mengenai materi yang akan disampaikan. Setelah pemaparan materi akan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab untuk menjawab hal yang masih kurang jelas. Diakhir sesi peserta diminta untuk mengisi post-test untuk melihat perubahan pengetahuan peserta setelah sosialisasi dilaksanakan. Masing-masing peserta juga dibagikan flyer yang berisi materi untuk mempermudah dalam mengingat kembali materi yang disampaikan.

Dokumentasi pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline