Lihat ke Halaman Asli

Aminullah

Pemuda Desa

Potensi Anyaman Bambu di Desa Senuro

Diperbarui: 18 November 2020   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto by: Amrullah

Di desa Senuro Terdapat potensi alam yang sangat mungkin untuk di kembangkan yakni bambu karena bambu di sini masih sangat banyak karena hutan daerah ini masih terjaga. Dan masyarakat desa Senuro sendiri sering memanfaatkan bambu tersebut untuk di buat beraneka ragam anyaman di antaranya seprti bakul yg ada pada gambar di atas.

Sebenarnya masih masih banyak sekali yg bisa di buat oleh tangan-tangan terampil masyarakat desa Senuro namun saat ini karena perkembangan zaman budaya anyaman ini sedikit demi sedikit mulai terkikis. Dan lebih parahnya lagi hampir tidak ada generasi penerus yang bergelut pada bidang anyaman ini.


Melihat peluang tersebut sebenarnya sangat memungkinkan jika ingin di kembangkan mengingat kemajuan teknologi pasar online yang saat ini tengah berkembang pesat, dengan  sedikit sentuhan kreativitas maka olahan bambu tersebut akan sangat memiliki nilai jual yang tinggi. Misalnya penambahan corak dan warna pada anyaman ini dengan menggunakan pewarna celup yg menarik. Begitu juga pengemasan yg skreatif mungkin untuk menarik perhatian orang lain.

Desa senuro merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan tanjung batu kabupaten Ogan Ilir, Sumatera selatan Indonesia. Membutuhkan waktu 1 jam untuk menuju desa Senuro dari ibu kota kabupaten Ogan ilir.  Desa Senuro masyarakatnya masih memegang erat budaya lokal seperti gotong royong dan asas kebersamaannya masih sangat kental di daerah ini. Di lihat dari potensi yang ada di desa Senuro ada potensi lokal yang seharusnya bisa dikembangkan dengan sangat baik. 

Diharapkan hal ini menarik perhatian para pemuda sehingga dengan ide-ide serta gerakannya mampu mengangkat citra budaya lokal ini sehingga memberikan nilai tambah bagi desa Senuro. Namun pada kenyataannya saat ini sudah sedikit orang yang masih bergelut di bidang kebudayaan anyaman bambu ini. Jangankan anak muda , bahkan para orang tua pun sudah jarang sekali menganyam anyaman bambu ini. Sangat di khawatirkan jika hal ini di biarkan akan membuat punah budaya lokal tersebut.

Foto: Aminullah

 Menurut Ainani (35) " produk budaya lokal ini sebenarnya sangat menjanjikan jika di kembangkan dengan baik, namun permasalahannya saat ini adalah pengrajin bambu di desa ini sudah sangat sedikit bahkan bisa di hitung dengan jari, dan sikap para generasi muda yang enggan untuk belajar sehingga tidak ada lagi generasi penerus yang akan menjaga kelestarian produk budaya ini. Untuk permasalahan lain mungkin ada pada masalah penjualan, saat ini penjualan hasil produk bambu seperti bakul,gendang dan seruo itu masih dari mulut kemulut belum menyentuh pasar online. Sehingga masih sangat terbatas". Tuturnya .

Melihat dari permasalahan tersebut mulai dari masalah berkurangnya pengrajin bambu dan ketidak pedulian para pemuda terhadap budaya lokal, kurang maksimalnya penjualan, dan kurangnya kreatifitas dan terobosan baru yang mendukung perkembangan budaya tersebut, sudah seharusnya para generasi milenial turun tangan ikut serta dan andil dalam proses pengembangan kebudayaan ini, selain melestarikan kebudayaan, hal ini juga jika di lakukan maka akan masuk ke dalam rana pemberdayaan, dengan kreatifitas pemuda dan kelihaian tangan para pengrajin jika di gabungkan maka akan sangat memungkinkan perkembangan budaya dan juga peningkatan ekonomi bagi para pengrajin bambu tersebut.

Foto: Aminullah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline