Lihat ke Halaman Asli

Aminuddin Malewa

TERVERIFIKASI

Penjelajah narası

Bajak Laut, Rindu Kami Padamu

Diperbarui: 11 Mei 2020   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Photo by Mateusz Dach from Pexels)C

Sebuah iklan di media elektronik menampilkan seorang anak bermain memakai atribut bajak laut. Dengan tutup mata sebelah, pedang dan gambaran sebuah kapal tampak keceriaan keluarga dalam permainan itu. Mungkinkah kita mengatakan bahwa si anak sedang bermain peran sebagai seorang kriminal? Keceriaan si anak dan orang tuanya rasanya tidak membersitkan kesadaran akan citra negatif dalam peran tersebut.

Anehnya Komisi Perlindungan Anak (KPAI) tidak mempermasalahkan permainan peran yang melibatkan sosok kriminal bernama bajak laut. Mungkinkah bajak laut tidak dikategorikan kriminal sebagaimana begal, perampok, bandar narkoba atau paedofilia? Selama KPAI, yang biasanya kritis dengan hal-hal semacam ini, tidak mempermasalahkannya, maka boleh saja kita juga melihat sosok bajak laut dari sisi lain, sisi yang lepas dari citra negatif.

Bajak laut, seperti juga Robinhood di hutan Sherwood, adalah sosok yang unik dalam imaji. Bagi mereka yang tersubordinasi, bajak laut dan Robinhood mewakili ungkapan rasa tertindas.

Dikisahkan dalam sejarah, seorang bajak laut dihadapkan ke Iskandar Agung atas tuduhan perompakan armada dagang milik sang raja. Selayaknya seorang raja yang agung, Iskandar Agung memberi kesempatan kepada si Bajak Laut untuk membela diri.

"Kenapa kamu berani menghadang dan merampok armada dagangku? Apa yang membuat kamu berani melakukan kejahatan tersebut?", tanya sang Raja.

Alih-alih menunjukkan rasa bersalah atau penyesalan, si Bajak Laut justru menyampaikan hal yang membuat Sang Raja Agung tersentak.

"Apa beda perbuatan hamba dengan sepak terjang Paduka?"

"Baginda juga melakukan hal yang sama dengan menyerang, menaklukkan dan merampas hak milik orang-orang lain yang tidak berdaya."

"Beda hamba dengan Paduka adalah Baginda melakukannya dengan pasukan yang terlatih dan armada yang lengkap sehingga Baginda menyebutnya sebagai penaklukan atau penegakan hukum. Hamba melakukannya dengan kelompok kecil dan peralatan terbatas sehingga orang menyebut perbuatan hamba sebagai kriminal. Tidak ada perintah dari atas melainkan hanya naluri untuk bertahan hidup, maka perbuatan hamba mengambil barang atau kapal orang lain membuat hamba disebut bajak laut".

"Jadi beda Hamba dengan Paduka hanya pada ukuran, selebihnya sama saja, siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan adalah nilai yang ditentukan oleh posisi".

Tidak disebutkan bagaimana nasib si Bajak Laut selanjutnya selain Iskandar Agung yang tidak mampu menjawab sanggahan si Bajak Laut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline