Kita bertanggung jawab atas banyak kegagalan dan kesalahan, tapi kejahatan terbesar kita adalah meninggalkan anak, mengabaikan mata air kehidupan. Banyak hal yang kita butuhkan dapat kita tunda, tapi anak tidak bisa ditunda. Sekaranglah saatnya.
Tulangnya sedang dibentuk, darahnya sedang dibuat, perasaannya sedang dikembangkan. Bagi anak, kita tidak bisa menjawab "besok", karena nama anak adalah "hari ini". (Gabriela Mistral, penyair wanita Chili pemenang Hadiah Nobel Sastra)
Mengutip hasil dari Programme for International Students Assessment, OECD melalui dokumen Social Protection System Review of Indonesia, OECD Development Pathways (2019) menyebutkan bahwa peningkatan kepesertaan anak Indonesia dalam persekolahan belum sebanding dengan peningkatan kualitas hasil proses belajarnya.
Sekitar tiga perempat anak usia 15 tahun tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam matematika dan kurang dari sepertiga yang menguasai kemampuan membaca yang memadai.
Pengukuran yang dilakukan adalah kemampuan literasi dan numerasi yang kalau disederhanakan adalah kemampuan melakukan penalaran dan berkomunikasi.
Kemampuan menalar merupakan kemampuan menyusun atau menilai rangkaian argumen dan mengujinya dengan kesimpulan yang diturunkan atau sering disebut dengan istilah logika.
Kemampuan komunikasi yang ditunjukkan dengan kompetensi literasi merupakan kemampuan atau keterampilan mencerma informasi yang datang dan kemampuan juga untuk menyampaikan informasi kepada mitra dengan efektif.
Hubungan antara matematika dan bahasa adalah pada kemampuan menyampaikan penalaran dan atau mencerna penalaran pihak lain. Penalaran yang tidak terkomunikasikan hanya akan menghasilkan kesumpekan psikis sebaliknya komunikasi tanpa dilandasi penalaran yang kuat hanya menghasilkan pertukaran bunyi atau simbol berbahasa.
Bahasa menunjukkan bangsa, artinya dengan mengamati cara berbahasa maka kita bisa melihat atau menilai latar belakang seseorang. Latar belakang dalam segala hal, baik etnis, budaya, tingkat pendidikan, kedewasaan sampai kemampuan memecahkan masalah.
Apa makna dari hasil PISA di atas?
Paling tidak dapat dikatakan bahwa kemampuan berlogika dan berbahasa anak-anak kita ternyata sangat rendah. Jangan-jangan kemampuan rendah itu juga berlaku pada kita hari-hari ini, bukankah sebagian dari kita juga produk dari sistem pendidikan yang sama?