Lihat ke Halaman Asli

Diam, Membeku: Strategi Sotong Menyelamatkan Diri

Diperbarui: 27 Desember 2015   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Sotong (Dari: A-Z animal.com, 2015)"][/caption]Foto Sotong (Dari: A-Z animal.com, 2015)

Sotong adalah diantara mahluk hidup yang mampu mengubah ubah warna dan bentuk tubuh secara sempurna, sebagai taktik kamuflase.

Ahli biologi laut, Dr. B Christine Bedore, seorang assistant professor dari Georgia Southern University, melakukan riset di laboratorium Sönke Johnsen, universitas Duke, North Carolina dengan temuan bahwa sotong juga bisa “menghilangkan” dirinya untuk menghindar dari terkaman pemangsa (https://today.duke.edu/2015/12/cuttlefishcamo). Seperti punya mantel ajaib. Tak bisa dilihat oleh musuh.

Sebenarnya, Sotong yang bernama latin Sepia officinalis, bisa menghasilkan gelombang listrik sebesar 10 - 30 microvolts. Sangat kecil jika dibandingkan dengan gelombang listrik yang dihasilkan ikan “eel” yang besarnya sekitar 500 volts. Apalagi kalau dibandingkan dengan batu baterai merek AAA, hanya sebesar (1/75 ribu) kali aja.

Namun, gelombang sekecil ini masih bisa dideteksi oleh pemangsa Sotong, yaitu ikan hiu jenis Heterodontus francisci. Agar tak terdeteksi, maka Sotong perlu mengecilkan sekecil kecilnya gelombang listrik yang dikeluarkannya.

Bagaimana caranya?

Sotong “membeku” di dasar laut atau diam membisu di atas pasir. Gelombang listrik yang sangat kecil menyebabkan Sotong tak tedeteksi oleh Hiu, musuh bebuyutannya.

Cara seperti ini mirip dengan cara kerja Pesawat tempur Stealth (pesawat siluman). Tak mampu dideteksi oleh radar, hingga bisa menerobos daerah pertahanan lawan sampai jauh.

Seandainya masih juga terdeteksi?. Senjata terakhir sotong adalah menyemprotkan tinta ke arah muka predator, dan melejit seperti roket !.

Hilang, ditelan oleh luasnya laut!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline