MENTALITAS GURU DALAM MENDOBRAK KURIKULUM MERDEKA
Amini
GURU
Sebagaimana pepatah Jawa mengatakan bahwa guru adalah sosok panutan yang digugu dan ditiru adalah spirit besar bagi jiwa para guru. Makna pepatah itu menjadi rambu-rambu bagi kehidupan para guru. Bagaimana tidak? Seorang guru adalah panutan bagi banyak orang, tidak hanya siswa di sekolah, tetapi juga masyarakat sekitar. Menjadi panutan itu bukan perkara yang mudah.
Guru dituntut harus selalu benar, seolah tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah guru juga manusia biasa? Di tengah deraan tugas dan kewajibannya di sekolah, warna-warni karakter siswa dengan segala permasalahan yang harus dia temui dan harus dia bantu selesaikan. Belum lagi urusan kedinasan yang setiap saat bisa saja terjadi perubahan dan wajib juga dilaksanakan. Harus segera dan segera. Jika tidak segera, sangsi kedinasan sudah menunggu.
MENTALITAS GURU
Tekanan dari berbagai arah tak ayal membuat mental guru tidak sehat. Menyikapi hal ini, sebagaimana diungkapkan oleh inspiring professional dr. Sri Wati Astuti AR, Sp.KJ (Psikiater) bahwa kesehatan mental guru sangat penting. Hal ini disebabkan peran guru sangat penting dalam memengaruhi efektivitas dan kualitas pendidikan yang mereka berikan kepada siswa. Guru adalah bagian integral dari lingkungan pendidikan, dan kesejahteraan mental mereka memiliki dampak langsung pada proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Berikut beberapa alasan mengapa kesehatan mental guru sangat penting:
1. Pengaruh Terhadap Pembelajaran: Guru yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung lebih efektif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Mereka dapat mengelola stres dengan lebih baik, berkomunikasi dengan jelas, dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.
2. Peran Model Perilaku: Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga model perilaku bagi siswa. Jika guru menunjukkan kesehatan mental yang positif dan kemampuan mengatasi tantangan, siswa dapat belajar tentang pentingnya menjaga kesehatan mental mereka sendiri.
3. Empati dan Pemahaman: Guru yang sensitif terhadap kesehatan mental dapat lebih memahami kebutuhan siswa mereka. Mereka mungkin lebih peka terhadap tanda-tanda kesulitan mental yang mungkin dialami oleh siswa, dan dapat memberikan dukungan yang sesuai.