Siapa yang yang tak kenal Tere Liye? Saya yakin banyak orang sudah mengenal Tere Liye. Tere Liye adalah seorang penulis berbakat yang beberapa bukunya telah dijadikan film. Diantara sekian banyak buku Tere Liye, ada satu yang tak kalah menarik bagi pembaca yakni novel berjudul "Janji" yang terbit pertama kali pada 1 Juli 2021.
Novel Janji karya Tere Liye adalah sebuah karya sastra yang memukau dengan keindahan prosa dan kedalaman emosinya. Dalam novelnya, Tere Liye berhasil menciptakan dunia yang kompleks, penuh warna, dan penuh makna. Novel ini merupakan kisah kehidupan tokoh utama yang mengalami perjalanan emosi yang mendalam. Tere Liye menarik perhatian pembaca dari awal hingga akhir dengan kejutan cerita yang dirancang dengan cermat.
Salah satu daya tarik utama novel ini adalah kemampuan pengarangnya dalam mendeskripsikan tokoh-tokohnya dengan sedemikian detail sehingga pembaca dapat terhubung secara emosional dengan mereka. Dalam "Janji,"
Novel bertema petualangan ini menceritakan perjalanan tiga orang sahabat yang ingin mencari seseorang dan menyampaikan pesan kepada orang tersebut. Bercerita tentang perjalanan Hasan, Basso, dan Kaharuddin. Tiga sahabat yang dianggap nakal dan pembuat onar mencari seseorang bernama Bahar. Mereka mencari Bahar karena hukuman yang diterimanya setelah perbuatannya memberi garam pada teh calon presiden dan rekan-rekannya yang bersekolah di Sekolah Agama Buya. Sebaliknya, mereka bisa keluar dari pesantren tersebut dan dianggap lulus begitu menemukan Bahar. Dalam perjalanannya, mereka bertemu banyak orang, bahkan ada yang mengenal Bahar dan bercerita tentang masa lalunya bersama Bahar.
Hasan adalah sosok cerdas yang jeli, kreatif, dan peka terhadap situasi. Dia selalu menjadi mediator dan pembimbing antara kedua sahabat tersebut. Kaharudin sang pelindung kedua sahabatnya terlihat dari siap menjadi tameng bagi kedua sahabatnya dalam situasi apapun. Sementara Baso berbicara secara blak-blakan, natural, dan tidak peka terhadap situasi di depan umum. Bahar adalah salah satu santri yang bersekolah di sekolah agama Buya pada saat ayah Buya masih mengepalai sekolah tersebut. Bahar dianggap sebagai murid paling nakal dan sering bertengkar dengan orang disekitarnya, terlibat sabung ayam, dan minum tuak. Namun puncak kenakalannya adalah ketika Bahar membuat meriam bambu dan mengisinya dengan bubuk mesiu. Saat itulah ledakan menghantam sekolah agama tersebut, membakarnya.
Sayangnya, seorang santri terjebak di dalam salah satu ruangan di sekolah agama dan mengalami luka bakar hingga meninggal dunia. Kejadian itu membuat ayah Buya murka dan membiarkan Bahar untuk pergi meninggalkan sekolah agama seperti yang diinginkan Bahar. Namun tak lama kemudian ayah Buya bermimpi tentang Bahar dan berusaha mencari Bahar, namun usahanya sia-sia dan Buya tetap melanjutkannya. Setelah lima tahun mencari Buya tetap tidak mendapatkan hasil, akhirnya Buya mempercayakan pencarian tersebut kepada Hasan, Baso, dan Kaharuddin. Dengan berbekal catatan kertas dan amplop berisi uang, ketiganya langsung berangkat mencari Bahar.
Novel ini memiliki alur bolak-balik, termasuk pencarian Bahar oleh tiga sekawan tersebut. Diceritakan sebagai peristiwa terkini, dan sebagian cerita Bahar diceritakan sebagai kilas balik. Kata-kata yang digunakan dalam novel ini merupakan kata-kata sehari-hari dan mudah dipahami
Tere Liye mengeksplorasi tema-tema universal seperti cinta, persahabatan, dan perjuangan hidup. Kemampuan penulis memadukan unsur-unsur tersebut menciptakan cerita penuh makna yang memberikan pengalaman membaca yang mendalam. Gaya bicara Tere Liye juga patut mendapat pujian yang tinggi. Ia mampu menciptakan gambaran visual yang kuat dengan kata-katanya, memperkaya imajinasi pembacanya dan membuat setiap adegan menjadi hidup dalam pikiran mereka. Dialog yang tajam dan bermakna memperkaya pengalaman membaca dan menjadikan setiap percakapan menjadi momen yang tak terlupakan. Selain itu, plot yang dirancang dengan baik menjaga keseimbangan antara ketegangan dan kejutan.
Tere Liye dengan hati-hati memandu pembaca melewati lika-liku kehidupan sang protagonis. Setiap peristiwa seolah-olah terhubung dengan baik sehingga membentuk sebuah cerita yang utuh dan menarik. Elemen penting dari novel Janji adalah kekuatan karakternya. Tokoh utama bukanlah pahlawan yang sempurna. Sebaliknya, ia terdiri dari kelemahan dan ketidaksempurnaan yang menjadikannya nyata dan mudah dikenali. Hal ini menciptakan hubungan emosional yang kuat antara pembaca dan protagonis. Novel ini juga merinci aspek kehidupan, moralitas, dan filsafat. Tere Liye dengan hati-hati menyisipkan pesan-pesan yang menggugah pikiran tanpa memberikan kesan terlalu diperintah
Kesan pertama saya setelah membaca novel ini adalah kedalaman ceritanya. Tere Liye menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan sangat presisi untuk memungkinkan kreativitas sebanyak mungkin dalam membentuk plot dan skenario novel ini. Hal ini membuat beberapa alur cerita tampak tidak seperti kebetulan yang dipaksakan. Dengan gaya bahasa yang relatif mudah dipahami, Tere Liye berhasil mengusir rasa bosan dari rangkaian panjang cerita yang dihadirkan dalam novel ini. Seiring berjalannya cerita, saya selalu penasaran ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Novel ini terbilang bertema semi religi yang sarat akan nilai-nilai agama serta pesan moral. Salah satu contohnya yang paling spesifik disebut adalah pentingnya Tauhid. Meski begitu Tere Liye tetap tidak menghilangkan jiwa kritisnya ketika ia menceritakan dunia gelap di penjara. Antara nilai religius dan kritis bisa ia hadirkan secara proporsional dan masuk akal. Sehingga pecah fokus bisa terhindari manakala kedua hal yang berbeda itu ia sajikan di dalam novel ini.